MGLV – IPO yang tidak ada kapoknya

Source: https://stockbit.com/post/6438111


Perusahaan ini sudah mulai melakukan operasional komersial semenjak tahun 2013 (8 tahun lalu), tetapi posisi pada tanggal 24 September 2020 total ekuitas yang dihasilkan hanya sebesar Rp. 5,8 miliar, padahal modal disetor hanya sebesar Rp. 2 miliar, dengan demikian setelah 8 tahun berdiri emiten ini hanya menghasilkan Rp. 3,8 miliar.  Atau Rp. 470 juta per tahun.  Dan Dengan jumlah saham hanya sebanyak 100 ribu lembar, maka nilai buku per lembar hanya sebesar Rp. 57,6 / lembar.

Lalu pada tanggal 25 September 2020, PSP menyuntikan tambahan modal sebesar Rp. 28 miliar, dan sebagai gantinya emiten menerbitkan saham baru sebanyak 1,4 miliar lembar dengan harga nominal Rp. 20 / lembar.  Sehingga total ekuitas setelah setoran modal per tanggal 31 October 2020 naik menjadi Rp. 33,8 miliar.   

Walaupun telah mendaptkan setoran modal pada tanggal 25 September 2020 sebesar Rp. 28 miliar, tetapi tetap saja, dalm waktu 1 bulan kemudian atau tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2021, saldo kas hanya sebesar Rp. 6,7 miliar, dimana saldo kas tanggal 1 Januari 2020 sebesar Rp. 2,9 miliar.  Atau hanya mengalami kenaikan saldo kas sebesar Rp. 3,8 miliar.  Lalu kemana setoran modal sebesar Rp. 28 miliar perginya?  Ternyata setoran modal pada tahun 2020, hanyalah in-breng, yang ditukar (di-off-set) dengan utang emiten kepada PSP yang telah ada semenjak periode sebelumnya (Rp. 29,2 miliar).  

Sekarang kita lihat lagi apakah memang ada aliran kas masuk dari PSP kepada emiten, pada tahun sebelumnya?  Pada laporan arus kas tahun 2019 terjadi aliran uang kas masuk kepada emiten dari  PSP, dalam rangka utang lain-lain, hanya sebesar Rp. 10,5 miliar.  Sehingga masih terdapat kekurangan setoran sebesar = 28 miliar – 10,5 miliar = Rp. 17,5 miliar.  Dan penulis belum dapat mengungkap-jelas apakah memang ada aliran kas lainnya atau tidak.  Besar kemungkinan hal ini juga terjadi inbreng antara “utang lain-lain” dengan “asset”, tetapi silahkan cari sendiri asset apakah yang di-inbrengkan.

Jadi kalau kita gunakan angka Rp. 10,5 miliar sebagai setoran modal untuk mendapatkan saham sebanyak 1,4 miliar lembar maka harga perolehan PSP hanya sebesar = 10,5 miliar / 1,4 miliar = Rp. 7,5 per lembar.  Tetapi jangan pakai angka itu ya, tentu pasukan bodrek daripada otoritas pengatur IPO sejagad, telah mendapatkan keyakinan bahwa aliran duit setoran modal “mungkin” juga ada.

Dan pada tanggal IPO Effektif 28 Mei 2021, emiten kembali menerbitkan saham baru sebanyak 400 juta lembar, dengan nilai nominal Rp. 20, kemudian dijual kepada para investor IPO dengan harga Rp. 135 / lembar.  Jika 8 bulan lalu PSP membeli saham baru hanya seharga Rp. 20 per lembar atau mungkin juga hanya Rp. 7,5 perak per lembar, sekarang pembeli saham IPO harus beli pada harga Rp. 135, atau 675% lebih mahal.  Atau kalau pakai setoran modal hanya Rp. 7,5 perak, berarti pembeli saham IPO membayar 1800% lebih mahal.

Jadi perlu diingat bahwa kenaikan ekuitas pada emiten, yang bersumber dari kinerja operasional hanya sebesar Rp. 3,8 miliar, sedangkan sisanya sebesar Rp. 28 miliar berasal dari setoran modal.  Dan masih terdapat kemungkinan discount pembelian kepada PSP yang seharusnya membayar Rp. 28 miliar tetapi terindikasi bayar hanya sebesar Rp. 10,5 miliar.

Jadi kalau ada yang berpendapat bahwa wajar saja jika PSP membeli saham murah, dan publik harus membeli saham IPO lebih mahal, karena perusahaan telah ada untung sebelumnya, maka jawaban saya adalah Buacot mu….

Tujuan penggunaan dana IPO,sekitar 88,5% akan digunakan untuk modal kerja dalam bentuk pembelian persediaan serta kegiatan pemasaran.  Tetapi bentuk modal kerja yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak dapat dibedakan mana uang (modal kerja)  yang digunakan untuk belanja persediaan dan kegiatan pemasaran, dan mana uang (modal kerja) yang digunakan untuk belanja kebutuhan PSP.  Semua bentuknya sama yaitu uang.  Maka siap-siap saja kalau nantinya uang IPO akan terbakar habis untuk menunjang hajat hidup PSP.

Sisanya akan digunakan untuk belanja modal (CAPEX) yaitu sehubungan dengan sewa show room dan perlengkapan showroom.  Terserah anda ingin menafisrkan apakah pengeluaran untuk keperluan demikian adalah termasuk modal kerja atau “belanja modal (CAPEX)”.  

Artinya uang IPO pun seluruhnya digunakan untuk Modal Kerja, lalu modal nya PSP / emiten opo?  Aset tetap yang hanya bernilai Rp. 4,3 miliar?  Amazing.

Pesan moraldari  story ini adalah KAPOKMU KAPAN?  Tetapi kalau memang niat anda berjudi, jangan lupa perhatikan berapa banyak saham IPO yang telah dibuang kepada investor retail semenjak IPO. 

Akhirnya mari kita doakan SB segera IPO, jangan sampai kalah dengan perusahaan antah berantah yang diberikan kesempatan oleh otoritas bursa.

Tag kaum sejenis : $LUCY $PLAN $LFLO $NPGF

Comments

Popular posts from this blog

ADA MASA DEPAN

KITA SUNGGUH BERHARGA

KUNCI BERKAT