MEMELIHARA ALAM

Jum'at, 01 Jun 2018
-----------------
Bacaan                  :   Ulangan 20:19-20
Nats Alkitab         :   “Hanya pohon-pohon, yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan dan kautebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh.”
(Ulangan 20:20)
-----------------
Ilustrasi dan renungan:
-----------------
Bukan rahasia lagi bahwa kerusakan lingkungan terbesar terjadi akibat ulah manusia. Bukannya melakukan eksplorasi, manusia justru mengeksploitasi alam. Berbagai bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor berkaitan erat dengan rusaknya lingkungan di sekitarnya. Pemanasan global yang sekarang sering dikampanyekan juga merupakan akibat kerusakan alam.

Membaca Ulangan 20 yang berisikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bangsa Israel ketika memerangi musuh mereka membuat saya terhenyak. Sekalipun mereka memerlukan kayu-kayu untuk mengepung kota musuh, Allah melarang umat-Nya merusak pepohonan yang menghasilkan makanan. Tujuannya tentu saja agar tersedia makanan bagi penduduk kota itu ketika perang usai. Keadaan darurat di masa perang tak lantas membolehkan mereka merusak segala pepohonan. Apalagi di masa damai.

Bagaimanakah dengan kehidupan kita?
Apakah kita juga mempunyai penghargaan terhadap karya alam Tuhan yang sungguh luar biasa dan indah?

Hari ini kita belajar firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop: “Hukum perang”. Suatu pengaturan dalam Kitab Taurat Musa yang mengatur tentang hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat bangsa Israel melakukan peperangan untuk merebut daerah-daerah yang diperjanjikan Tuhan.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

PENGAJARAN PERTAMA.
Alam bukan musuh manusia.

Apabila kita mencermati dan mengetahui suatu pernyataan bahwa alam bukan musuh manusia, maka rasanya hampir semua manusia mengakui dan menyadari hal tersebut sebagai suatu kebenaran yang hakiki. Namun dalam praktik kehidupan kita, seringkali kesadaran tersebut tidak diikuti dengan sikap yang baik untuk menjaga, mempertahankan, atau bahkan menambahkan keindahan alam yang sudah diciptakan Tuhan bagi kepentingan manusia.

Firman Tuhan pada ayat 19 menyatakan bahwa : “Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya; buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kaukepung”.

Firman Tuhan ini merupakan bagian pengecualian dari hukum perang yang dianut oleh Bangsa Israel dan bangsa-bangsa pada saat itu. Dalam peperangannya untuk memperoleh tanah perjanjian, maka Bangsa Israel tidak diperkenankan memberi tempat bagi kota-kota Kanaan karena besarnya bahaya rohani yang dapat ditimbulkan bangsa-bangsa asing tersebut terhadap orang-orang itu bagi Israel terhadap Allah (ayat 16-18 ). Oleh karenanya nabi-nabi Israel terus menerus mempersalahkan bangsa Israel yang tidak melakukan pemusnahan total terhadap orang-orang Kanaan.

Tetapi di tengah kejamnya hukum perang yang harus memusnahkan segala sesuatu tersebut, firman Tuhan pada ayat 19 menegaskan bahwa Israel tidak melakukan kebijakan yang menghancurkan sumber-sumber alam dalam konflik-konflik mereka melawan bangsa tetangga. Sumber-sumber alam tersebut, terutama yang berkaitan dengan hasil bahan makanan, harus dilestarikan dengan baik. Disinilah bangsa Israel berbeda dengan praktek-praktek yang biasa waktu itu mengenai perusakan-perusakan oleh militer. Hanya apa yang mengganggu loyalitas Israel kepada Allah harus dimusnahkan tanpa ampun. Dalam hal-hal lain, rasa kemanusiaan dan akal sehat harus mengarahkan hasrat merusak dalam peperangan.

Secara rohani maka kita dapat melihat suatu hal yang positif dalam pengajaran firman Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa seluruh alam semesta ini adalah karya Tuhan yang diciptakan dengan sangat baik. Sejak awal, Dia menugaskan manusia untuk mengusahakan dan memeliharanya (Kejadian 2:15). Namun akibat dosa, tanah menjadi terkutuk dan menghasilkan semak duri, sehingga manusia berpeluh dalam mencari nafkah (Kejadian 3:17-19). Bersyukur, Allah tidak membiarkan kondisi itu untuk selamanya. Allah mengutus Anak-Nya menjadi kutuk karena kita (Galatia 3:13), agar tersedia jalan pendamaian bagi kita dan seluruh ciptaan. Karenanya, sebagai orang-orang yang sudah dibenarkan Kristus, marilah kita mengemban amanat untuk mengusahakan dan memelihara alam ini.

PENGAJARAN KEDUA.
Yang tidak berguna akan dimusnahkan.

Firman Tuhan pada ayat 20 menyatakan bahwa : “Hanya pohon-pohon, yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan dan kautebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh."

Firman Tuhan di atas mengajarkan di dalam kehidupan kita tentang mengelola dan berhemat terhadap segala sumber daya alam di lingkungan kita. Kata “hanya pohon-pohon yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan dan kautebang.....” memberikan suatu pemahaman di dalam kehidupan kita bahwa kita boleh memusnahkan alam, menebang pohon, dan memperlakukan alam ciptaan Tuhan ini dengan sangat selektif. Hanya memang yang sudah tidak mempunyai makna, arti atau berfungsi secara baik, yang dapat kita musnahkan. Meskipun demikian, selektifitas yang diajarkan Tuhan juga harus dilakukan secara hemat, sehingga firman Tuhan nyatakan “... untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau...”.
Kata “untuk mendirikan pagar pengepungan”, mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu, bahkan hal yang sudah diijinkan Tuhan untuk dimusnahkan tetap harus diperhitungkan pemanfaatannya di hadapan Tuhan.

Secara rohani, hal ini tentunya juga berlaku untuk kita semua, orang-orang yang percaya kepadaNYA. Kita diingatkan bahwa apabila kita tidak berguna, tidak dapat memberikan fungsi lebih dan menjadi saluran berkat di hadapan Tuhan, maka kita pun akan menerima “pemusnahan” di hadapan Tuhan. Beberapa firman Tuhan menyatakan tentang hal itu. Firman Tuhan pada Matius 3:10 menyatakan bahwa : “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api”.  Yohanes 15:6 menyatakan bahwa : “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar”. Lukas 13:7-9 menyatakan bahwa : “Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"

Firman Tuhan dan perumpamaan pohon ara terutama di atas menunjuk kepada Israel (Lukas 3:9; Hosea 9:10; Yoel 1:7). Namun, kebenarannya dapat diterapkan pula kepada semua yang mengaku percaya kepada Yesus, tetapi tidak berpaling dari dosa. Walaupun Allah memberi kesempatan secukupnya kepada setiap orang untuk bertobat, Ia tidak akan selama-lamanya membiarkan dosa. Saatnya akan datang ketika kasih karunia Allah akan ditarik dan orang yang tidak mau bertobat akan dihukum tanpa belas kasihan.

Marilah kita terus mencintai alam semesta ciptaan Tuhan untuk terus mempergunakan segala sumber daya dengan sebaik-baiknya, sambil meresapkan makna rohani di dalam hidup kita melalui pembelajaran untuk hidup di dalam kebenaran dan kekudusan Tuhan. Sebab apabila kita mengabaikan kebenaran dan kekudusan Tuhan, maka kita pun akan mengalami nasib yang sama seperti pohon-pohon yang tidak berguna itu. Kita akan dipotong, dicampakkan dan dibuang ke dalam api penghukuman kekal.


-----------------
Renungan Pribadi:
-----------------

Bagaimanakah dengan hidup kita saat ini?
Alam adalah ciptaan Tuhan yang sangat indah, yang perlu kita lestarikan dan pelihara kelangsungannya.
Di sisi lain, alam semesta merupakan tempat kita melakukan refleksi rohani bahwa perlakukan kita terhadap alam dapat menjadi pengajaran rohani luar biasa di dalam hidup kita. Kita perlu memelihara hidup kita supaya berkenan kepada Allah dan berbuah lebat pada musimnya.
Dan jangan sampai kita harus dicampakkan dan dibuang ke dalam api penghukuman kekal karena ulah kita yang tidak mau melepaskan dan menyalibkan dosa dan perkara-perkara duniawi yang ada di dalam hidup kita.
Mintalah kasih karunia dan pengajaran Tuhan, sehingga kita pun dapat menjadi “tanaman-tanaman” Allah yang bertumbuh, berkembang dan akhirnya akan menghasilkan buah pada musimnya.

-----------------
HT/www.renunganharian.net
-----------------

Selamat beraktifitas, dan berkarya. Tetap semangat di dalam Tuhan.  Tetap teguh menjalankan firman Tuhan. Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". 
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.  Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati.  Amin.
-------------
Kata mutiara hari ini adalah:
DUNIA INI CUKUP UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SEMUA ORANG, NAMUN
TIDAK CUKUP UNTUK KESERAKAHAN SETIAP ORANG.—Mahatma Gandhi
-------------

Comments

Popular posts from this blog

KITA SUNGGUH BERHARGA

ADA MASA DEPAN