ADA APA DENGAN ELIA?


Senin, 02 September 2019-------
Bacaan Firman Tuhan : 1 Raja-raja 19:1-19
Nats Alkitab : Kemudian ia ingin mati, katanya, “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku .…” (1 Raja-raja 19:4b)
-------
RENUNGAN :
-------
Mula-mula, Elia lari karena terancam (ay. 3). Kemudian, dia sendiri ingin mati (ay. 4). Lalu, dia tertidur lelap (ay. 5-7). Ada apa dengan Elia? Takut pada ancaman Izebel? Itu aneh. Sejak awal, Elia menghadapi Ahab dan Izebel dengan berani (1 Raja-raja 17:1; 18:2,15-46).

Terapi dari Tuhan pun aneh. Elia tidak dihibur. Dia diperintahkan untuk makan kenyang (ay. 6, 8a), berjalan jauh (ay. 8b), dan diberi tugas besar: mengurapi Hazael, Yehu, dan Elisa (ay. 15, 16). Hazael memang di luar Israel. Tetapi, Elisa dan Yehu di Israel, tempat kaki tangan Izebel berkeliaran. Namun, tanpa ragu, Elia melakukan tugas besar itu (ay. 19). Ada apa dengan Elia?

Elia tidak ketakutan. Dia putus asa. Sikap Ahab dan Izebel, yang menyeret umat menjauhi Tuhan (ay. 14), membuat Elia merasa pekerjaan dan hidupnya sia-sia. Dia kehilangan keyakinan bahwa hidup dan pekerjaannya punya makna. Sebab itu, Tuhan memberikan tiga tugas besar. Itu membangunkan Elia, dan meyakinkan dia bahwa hidupnya sungguh punya arti dan punya tujuan.

Bagaimnakah dengan hidup kita? Apakah ketika menghadapi pergumuluan, kekerasan dan permasalahan hidup di dunia ini, kita sering mengalami kehilangan motivasi dan makna hidup?

Hari ini kita belajar bagian firman Tuhan yang merujuk kepada judul perikop : “Elia ke gunung Horeb” dan “Allah menyatakan diri di gunung Horeb”.
Satu bagian firman Tuhan tentang Nabi Elia yang mengalami pergumulan besar pada jaman raja Ahab dan istrinya Izebel yang sungguh-sungguh melawan dan memberontak kepada firman Tuhan.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

Pengajaran PERTAMA.
Ketakutan menghalangi diri melihat kuasa Allah.

Nabi Elia adalah hamba Allah yang luar biasa, dan Tuhan menunjukkan perkara luar biasa melalui hidupnya. Tidak hanya ketika menghentikan hujan selama tiga tahun, tetapi juga mengalahkan dan api Tuhan membakar 400 nabi Baal ketika mereka meng-klaim kuasa Baal bagi orang Israel. Tetapi rupanya kuasa, pertolongan, dan keluarbiasaan Tuhan memang tidak bisa menghentikan kemurtadan kehidupan Raja Ahab dan Izebel istrinya. Kesaksian, dan pertunjukkan kuasa Tuhan justru semakin membuat hidup mereka ingin mengalahkan, membunuh, dan membinasakan hamba-hamba Tuhan, khususnya Elia. Merasa sendirian, merasa terjepit, merasa tidak sanggup, dan merasa sudah cukup, rupanya menjadi penyakit rohani dalam diri nabi Elia yang menjangkiti hidupnya, ketika ancaman Ahab dan Izebel dilontarkan dalam dirinya (ay. 2-3). Firman Tuhan menyatakan : “Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku" (ay. 4).

Tetapi Tuhan tidak diam, firman Tuhan menyatakan: “Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!" Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula. Tetapi malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: "Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu." Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb” (ay. 5-8).

Tuhan tidak pernah tinggal diam, ketika hambaNYA, umatNYA, orang-orang percaya mengalami kesulitan besar, mengalami ketakutan dan kekhawatiran, mengalami pergumulan berat di dalam hidupnya. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah, apakah kita mampu melihat perbuatan besar di dalam hidup kita? Ataukah justru yang terlihat dalam hidup kita adalah ancaman, ketidakmampuan, kelemahan, dan tidak adanya peluang kemenangan dalam hidup kita?
Nabi Elia mengalami kegagalan, dan menyerah kalah kepada keadaan karena dia tidak lagi mampu melihat kebaikan dan kuasa Allah yang dialaminya. Lawatan dan penyertaan Tuhan yang datang, memberinya makan, minum, dan kekuatan untuk berjalan empat puluh hari empat puluh malam tidak dilihatnya sebagai pertolongan, perlindungan dan kuasa Tuhan, tetapi justru ancaman Raja Ahab dan Izebel yang menghantui hidupnya itulah yang menjadi bagian terbesar yang mempengaruhi hidupnya.
Allah tidak pernah meninggalkan kita, sekalipun kita mengalami ancaman, penderitaan, dan pergumulan yang sangat berat. Tetapi yang menjadi permasalahan, adalah cara pandang kita. Apabila kita memandang permasalahan, penderitaan, pergumulan dan beban kehidupan semata-mata, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melihat kebesaran dan kekuasaan Allah di dalam hidup kita. Pandanglah kebaikan, kasih, dan lawatan Allah sebagai point penting kehidupan kita dalam penderitaan. Maka hidup kita akan terbuka, menjadi berpengharapan, dan yakin bahwa ada solusi serta pertolongan yang Tuhan sediakan bagi kita.

Pengajaran KEDUA.
Makna kehidupan.

Bukan tanpa maksud ketika di tengah pergumulan, ketakutan dan kekhawatirannya, Tuhan dapat membawa Nabi Elia berjalan ke gunung Horeb, Gunung Tuhan, selama empat puluh hari empat puluh malam. Allah ingin menunjukkan diriNYA, menunjukkan eksistensiNYA, dan menunjukkan kuasaNYA yang besar untuk menolong dan mengelola kehidupan manusia. Menjadi perenungan bagi kita, adalah, apakah yang terjadi dan sedang kita lakukan di “gunung horeb” dunia ini?
Dunia tempat kita hidup adalah ‘gunung horeb’ bagi Tuhan. Tuhan akan menanyakan mengenai arti kehidupan, peran, dan makna hidup kita kepada orang lain seperti kepada Elia "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" (ay. 9b).
Kebanyakan orang di dunia ini akan menjawab pertanyaan Tuhan seperti Elia dengan menyatakan : “Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku" (ay. 10).
Kebanyakan manusia lebih suka pamer jasa, kemampuan, dan apa yang telah dilakukannya dan BUKAN pamer dan menjadi kesaksian “kuasa Allah’ yang ada dalam kehidupan kita. Ketika kita hanya pamer kekuatan, jasa, kemampuan, dan apa yang telah kita lakukan di dunia ini, maka kita akan kehilangan makna, dan kita akan mengeluh, menyalahkan Tuhan, dan tidak puas terhadap penyertaan, dan karya Tuhan dalam hidup kita. Bahkan ‘pertunjukan’ kuasa Tuhan luar biasa dalam hidup kita pun, tidak akan terlihat dalam hidup kita.
Gunung horeb adalah dunia kita, pekerjaan kita, keluarga kita, masyarakat kita, lingkungan kita. Allah menghendaki kita untuk tidak berdiam diri, pamer sana dan sini, serta mengagungkan berbagai hal duniawi, tetapi Tuhan mengharapkan kita menjadi teladan, menjadi saksi Allah, menjadi alatNYA, dan menjadi berkat untuk memberkati orang lain. Memang akan banyak penderitaan, kesulitan, permasalahan, pergumulan dan beban kehidupan. Tetapi Tuhan tidak ingin hal-hal tersebut yang kita tonjolkan dalam hidup kita. Ketika kita hanya menonjolkan pribadi kita, permasalahan kita, jasa kita, atau berbagai macam kehidupan duniawi kita, maka kita akan kehilangan makna hidup dan kita akan menjadi pribadi yang kalah dan tidak mampu memuliakan DIA.
Berilah makna kehidupan di ‘gunung horeb’ kehidupan kita melalui teladan, kesaksian, implementasi iman untuk menjadi berkat dan memberkati banyak orang. Dari biarlah setiap orang boleh melihat Allah yang hidup di dalam hidup kita, dan BUKAN melihat jasa, pekerjaan, dan kemuliaan kita sendiri.
Janganlah kehilangan makna hidup karena keegoisan, dan kerenggangan hubungan kita dengan Allah. Penuhi peran dan pelayanan kita di dunia ini seperti untuk Allah dan bukan untuk manusia.

Pengajaran KETIGA.
Tuhan tidak pernah kekurangan hamba.

Seringkali kita merasa hebat, dan mampu melakukan segala sesuatu, sehingga kita mengecilkan peran Tuhan di dalam hidup kita. Lalu kita menjadi congkak, dan mungkin ‘mengancam Tuhan’ untuk meninggalkan pelayanan kita, ketika kita kecewa dan tidak memperoleh apa yang kita harapkan di hadapan Allah.
Tuhan terus menginginkan kita menjadi hambaNYA, seperti firman Tuhan kepada Elia : Firman TUHAN kepadanya: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram. Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau. Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa” (ay. 15-17).
Namun apabila kita menolak, dan terus menginginkan kehidupan egois untuk diri kita sendiri, maka Tuhan tidak pernah kehabisan hamba untuk melakukan karya dan pelayananNYA. Firman Tuhan menyatakan : “Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia".  Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya” (ay. 18-19).
Ingat bahwa Tuhan tidak pernah kehabisan hamba maupun karyaNYA bagi umat manusia. Janganlah “jual mahal” dan ‘menolak’ panggilan Tuhan dalam hidup kita, melalui pekerjaan, pelayanan, perbuatan, kesaksian, dan persembahan kita. Ketika kita menolak panggilan Tuhan, maka Tuhan akan memanggil hamba lainnya, dan kita menjadi hamba-hamba yang tidak berguna karena menolak pelayanan tuanNYA.
Maknailah hidup kita karena pelayanan kita kepada Allah.
Lakukan segala kehidupan kita sebagai bagian pelayanan terbaik kepada Allah.
-------
RENUNGAN PRIBADI :
-------
Keyakinan akan kebermaknaan tindakan dan hidup adalah energi yang memampukan kita menjalani hidup. Kehilangan semua itu membuat kita merasa hidup ini sia-sia. Seperti pada Elia, itu melumpuhkan kita, membuat kita lari ke “gurun kehidupan”: alkohol, narkoba, dan lain-lainnya. Elia mengalami kehilangan makna. Bukan karena hidup dan karyanya tak bermakna, melainkan karena dia mengira demikian. Jika nabi sebesar Elia bisa mengalami itu, apalagi kita. Itu alarm siaga untuk kita.
-------
EE/www.renunganharian.net
-------
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: “Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-------
Kata mutiara hari ini :
KEHILANGAN KEYAKINAN AKAN KEBERMAKNAAN HIDUP MEMBUAT KITA JUSTRU MEYAKINI BAHWA HIDUP INI SIA-SIA. DAN, ITU MELUMPUHKAN KITA.

Comments

Popular posts from this blog

BUAH KESETIAAN

PELAKU KEBENARAN

ADA MASA DEPAN