KEBAHAGIAAN SEJATI

Jum'at, 03 Mei 2019
-------
Bacaan Firman Tuhan : Pengkhotbah 2:1-11
Nats Alkitab :  … segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari. (Pengkhotbah 2:11)
-------
RENUNGAN :
-------
Seorang pemimpin rohani saya yang dulu pergi kemana-mana selalu naik angkot atau berjalan kaki, kini sudah mampu membeli kendaraan bahkan rumah pribadi. Menariknya, ketika ditanya lebih berbahagia mana dulu atau sekarang, ia menjawab: “Sama saja!” Ia berkata: “Materi memang membuat seseorang hidup lebih nyaman, tetapi tidak lebih bahagia!”

Salomo, bukan hanya raja paling kaya, ia juga memiliki hikmat luar biasa. Tambahan lagi, semasa hidupnya ia tidak mengalami masa peperangan karena Tuhan mengaruniakan keamanan kepadanya dari segala musuh di sekelilingnya (1Taw. 22:9). Segala pekerjaan yang menyenangkan hati menurut versi dunia sudah dilakukan olehnya (ay. 4-8). Salomo bahkan mengatakan: “Aku tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun” (ay. 10). Menariknya, berbekal semuanya itu, Salomo tidak merasa bahagia. Pada kelanjutan kata-katanya ia menyatakan: “… lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari” (ay. 11).

Bagaimana dengan hidup kita? Apakah kita juga menyadari mengenai kasih karunia Tuhan yang dianugerahkanNYA dalam hidup kita selain perkara-perkara duniawi?

Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Hikmat dan kebodohan adalah hal yang sia-sia”. Suatu pengajaran firman Tuhan tentang hikmat manusia untuk mengenali kasih karunia Tuhan yang ada di dalam hidup kita.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

Pengajaran PERTAMA.
Menghargai hidup.

Orientasi hidup, menjadi pendorong dan dasar seseorang untuk bertingkah laku, berusaha, dan melakukan sesuatu dalam hidupnya. Ada seseorang yang mengingingkan hidup untuk “dinikmati”, oleh karenanya dia tidak mau bersusah-susah dalam hidupnya, dan dia akan menikmati kesenangannya. Hidupnya senantiasa hanya mencari kegirangan, kegembiaraan dan kesukacitaan, tanpa pernah mau mencari perkara-perkara rohani yang menjadi investasi kekekalan dalam hdiupnya (ay. 1).

Satu pertanyaan terbesar mengenai orientasi hidup adalah, apakah yang sebenarnya kita harapkan dalam hidup ini?
Firman Tuhan menyatakan : “Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, --sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat--,dan dengan memperoleh kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu” (ay. 3).
Firman Tuhan di atas memberikan pengajaran bagi kita bahwa setiap orang harus dengan seksama menyelidiki dan menata hidupnya, karena kehidupan manusia hanyalah pendek. Apabila kita hanya menginginkan hidup yang berorientasi kepada kesenangan duniawi semata-mata, maka sesungguhnya itu merupakan kebodohan. Tetapi apabila kita hanya mengejar kenikmatan duniawi semata-mata, maka hidup itu menjadi tidak berguna (ay. 2).
Oleh karenanya firman Tuhan menegaskan: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:15-17). Firman Tuhan menegaskan bahwa kita harus meneliti, kita harus mampu berlaku bijaksana, dan seksama memandang kehidupan. Apabila kita tidak hati-hati dengan kehidupan, maka kita akan terjerat oleh kejahatan duniawi yang menjerumuskan, yang menyusahkan, dan yang memisahkan hidup kita dari Tuhan. Kehidupan harus didasari oleh sikap yang benar, yaitu mengerti apa kehendak Tuhan bagi hidup kita. Kehendak Tuhan itulah yang akan memimpin kita untuk mencari kekekalan hidup, mencari kebenaran hidup, mencari sesuatu yang berguna, dan mencari yang berkenan di hadapan Tuhan.

Apabila kita menghargai hidup kita, dan menginginkan hidup kita tidak sia-sia, marilah mencari hikmat untuk memahami kehendak Tuhan, sehingga kita memperoleh apa yang disempurna di hadapanNYA.

Pengajaran KEDUA.
Keseimbangan hidup.

Satu prinsip yang dilakukan oleh Salomo untuk melakukan hidupnya adalah memegang prinsip keseimbangan hidup. Firman Tuhan menyatakan : “Dengan demikian aku menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada siapapun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum aku; dalam pada itu hikmatku tinggal tetap padaku. Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku” (ay. 9-10).

Salomo memahami bagaimana Tuhan membuatnya menjadi berhasil dan memberkati hidupnya. Kesemuanya bukan hanya ditentukan oleh usahanya, dan semuanya bukan semata-mata hanya mengandalkan pemberian Tuhan. Tetapi Salomo membuat keseimbangan di dalam hidupnya.
Secara prinsip firman Tuhan menegaskan bahwa hal yang mendasar untuk melandasi sebuah kehidupan adalah hikmat kepada Tuhan. Dan secara lebih tegas firman Tuhan menyatakan : “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Amsal 1:7).
Untuk memulai keseimbangan hidup, maka orang percaya harus memiliki sikap takut akan Tuhan. Kata “takut” (=yirah’ atau yare’) berarti mengagumi; rasa hormat, kagum, takjub; tunduk karena takwa; mengetahui resiko apabila tidak tunduk. Dengan demikian seorang yang takut akan Tuhan adalah seseorang yang sungguh menghormati Tuhan dalam hidupnya karena kasih, karena kekaguman dan ketakjuban dan bukan karena terpaksa. Dan secara sadar dia mengetahui benar resiko yang terjadi apabila dia tidak menghormati Tuhan di dalam hidupnya.

Hidup yang takut akan Tuhan perlu diseimbangkan dengan bersukacita dalam segala jerih payah. Kata “bersukacita dalam segala jerih payah” berarti bahwa kita mempunyai semangat dan sukacita dalam hidup  kita untuk mau bersusah payah, bekerja keras, dan memperjuangkan hidup kita. Sekalipun kita memahami bahwa putusan dan otoritas atas kehidupan terletak pada tangan Tuhan, tetapi kita pun harus tahu bahwa kita harus merebut kehidupan kita dengan bersusah payah. Kita tidak boleh sekedar menanti takdir bagi kita. Kita pun tidak boleh bermalas-malasan menunggu berkat turun. Tetapi masa depan, keberhasilan, kehidupan harus kita raih, harus kita rebut dengan keringat yang mengucur. Tetapi di atas semuanya itu, kita harus menyadari bahwa ada otoritas, skenario dan waktu sang Khalik yang menjadi penentu atas segala jerih payah dan kerja keras kita.

Oleh karenanya kita harus “ora et labora”, ada doa dan hubungan yang intim dengan Tuhan, tetapi di satu pihak harus ada kerja keras dan jerih payah yang kita harus lakukan untuk meraih kehidupan yang berarti bersama Tuhan. Hidup haruslah seimbang.

Pengajaran KETIGA.
Hidup di dunia adalah kesia-siaan.

Firman Tuhan menyatakan bahwa : “Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari” (ay. 11).
Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita tentang kefanaan hidup di dunia ini. Kehidupan, jerih payah, usaha keras, bekerja susah payah, dan segala hal yang kita lakukan di dunia ini, seperti menjaring angin. Artinya hanya berlaku sementara, tidak ada yang dapat menjadi investasi kehidupan, dan kesemuanya hanyalah sia-sia belaka.
Oleh karenanya, firman Tuhan mengingatkan bahwa apabila kita hanya mengandalkan kepada hidup untuk kesenangan kita semata-mata, maka kita tidak akan memperoleh keuntungan di dunia ini. Kata “keuntungan” (=yithrown”) berarti keberhasilan, yang utama/terpenting, manfaat, kesempurnaan.
Oleh karenanya apabila kita hanya mengejar keinginan dan kesenangan duniawi semata-mata, maka kita dianggap sebagai orang yang gagal. Gagal karena tidak memperoleh apa yang utama, apa yang bermanfaat, dan apa yang sempurna di hadapan Tuhan. Kita akan mengalami kerugian besar di dunia ini, dan kita akan menyesali kehidupan kita di dunia ini. Sebab keberhasilan kehidupan kita bukanlah ditentukan di dunia ini, tetapi justru ditentukan pada kehidupan setelah hidup kita di dunia ini. Apabila kehidupan kita setelah kehidupan dunia ini berada dalam kekekalan bersama Allah Bapa di sorga, maka itulah keberhasilan, keuntungan, dan kesempurnaan hidup. Tetapi apabila kehidupan kita setelah kehidupan dunia ini bersama-sama iblis dalam neraka penyiksaan kekal, maka itulah kesia-siaan, kerugian, dan penyesalan kehidupan.
Marilah meraih kesempurnaan hidup dengan meraih investasi rohani yang bersifat kekekalan dalam hidup kita, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan dalam hidup kita untuk menjadi berguna, menjadi sempurna, bermanfaat bagi kemuliaan nama Tuhan, menjadi berkat, dan memberkati orang lain. 
-------
RENUNGAN PRIBADI :
-------
Setiap manusia yang menggantungkan kebahagiaan kepada materi atau hal-hal duniawi lainnya pada akhirnya pasti mengalami kekecewaan. Mengapa? Karena kebahagiaan sejati bukan bersumber dari segala yang ada di luar, melainkan dari dalam hati. Jika kita ingin tahu bagaimana mendapatkan kebahagiaan sejati, bertanyalah kepada Kristus, Sang Pembentuk Hati. Faktanya, hanya di dalam Dialah kita bisa benar-benar merasakan kebahagiaan yang sejati!
-------
LIN/www.renunganharian.net
-------
Selamat beraktifitas. Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: “Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-------
Kata mutirara hari ini :
MATERI HANYA MAMPU MEMBERIKAN KITA KENYAMANAN, TETAPI TIDAK KEBAHAGIAAN SEJATI.

Comments

Popular posts from this blog

BUAH KESETIAAN

PELAKU KEBENARAN

ADA MASA DEPAN