TAK MENAHAN KEBAIKAN

Senin, 04 Maret 2019
--------
Bacaan Firman Tuhan : Amsal 3:27-35
Nats Alkitab :  Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. (Amsal 3:27)
--------
RENUNGAN
--------
Seorang wanita menangis karena kehilangan ibunya. Beberapa temannya pun mencoba menghiburnya. Tiba-tiba wanita itu berkata, “Saya benar-benar menyesal.” Teman-temannya pun bertanya, “Apa yang membuatmu begitu menyesal?” Wanita itu menjawab, “Saya menyesal karena aku tidak pernah memperhatikan ibu di masa tuanya. Seandainya ibu masih hidup....” Penyesalan yang sudah terlambat, bukan?

Kitab Amsal menasihati kita: “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.” Firman Tuhan juga mengingatkan kita bahwa dengan berbuat baik kepada sesama, kita sedang menunjukkan kemurahan hati Allah sehingga mereka memuliakan Dia (Mat. 5:16). Sudahkah hidup kita menjadi berkat hari ini? Ataukah sebaliknya, kita mampu dan memiliki kesempatan untuk berbuat baik, tetapi kita menahan kebaikan dan kita tidak bersedia memberikan kebaikan kepada orang lain?

Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Anjuran untuk berbuat baik”.
Pengajaran firman Tuhan tulisan Raja Salomo yang mengajarkan kepada kita agar kita terus memelihara dan melakukan kebaikan dalam hidup kita.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

Pengajaran PERTAMA.
Jangan menahan kebaikan.

Kebaikan merupakan suatu hal yang sangat langka di dunia ini. Dan kebaikan menjadi suatu hal yang berharga apabila terdapat manusia yang melakukannya. Oleh karenanya, ketika seseorang melakukan kebaikan, maka hal tersebut menjadi suatu berita dan pembicaraan yang cukup menghebohkan atau bahkan menjadi viral. Tetapi bagaimanakah kebaikan itu bagi kehidupan orang-orang percaya?

Firman Tuhan hari ini menyatakan bahwa : “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya” (ay. 27).

Firman Tuhan di atas mengajarkan bahwa sesungguhnya setiap orang percaya adalah pelaku kebaikan. Artinya setiap orang percaya telah diubahkan untuk menjadi agen-agen kebaikan. Ketika seseorang percaya kepada Kristus, maka kehidupan orang tersebut telah diubahkan, menjadi baru, seturut karakter Kristus. Karakter Kristus dipenuhi oleh kebaikan dan kasih. Dan oleh karenanya, maka karakter baru di dalam Kristus pun akan dipenuhi oleh kebaikan-kebaikan yang harus diberikan dan diimplementasikan kepada sesamanya. Allah di dalam Kristus Yesus telah mengubah hidup kita bukan lagi sebagai “penerima kebaikan”, tetapi sebagai “pelaku kebaikan”.  Kita adalah subjek pelaku kebaikan, dan sesama adalah objek penerima kebaikan. Sehingga firman Tuhan menyatakan : “ Jangan menahan kebaikan dari pada “orang-orang yang berhak menerimanya”.

Mengapa kita seringkali sulit melakukan kebaikan?
Karena kita berpikir bahwa melakukan kebaikan adalah kewajiban terhadap orang lain. Kewajiban untuk berkorban, melakukan sesuatu, merendahkan diri bagi orang lain, atau mengurangi hak kita bagi orang lain. Tetapi apabila kita merenungkan firman Tuhan di atas, melakukan kewajiban adalah “hak kita”. Hak bagi orang-orang yang telah menerima kebaikan, kasih, dan karya keselamatan Allah untuk mengimplementasikan karya Allah itu di dunia ini kepada sesama kita.
Ketika kita berpikir bahwa itu adalah hak kita, maka kita tidak akan merasa terkurangi, tetapi justru kita merasakan “meluap” dalam syukur dan perbuatan baik.

Oleh karenanya, jangan mengurangi hak orang lain untuk menerima kebaikan Allah melalui kehidupan kita. Dan jadikanlah kita sebagai agen-agen kebaikan yang tidak pernah kehabisan kebaikan, karena berkat dan kebaikan Allah pun tidak pernah habis bagi hidup kita.

Pengajaran KEDUA.
Jadilah orang jujur di hadapan Allah.

Kejujuran juga merupakan hal yang langka di dunia ini. Mungkin kita akan mudah menjumpai orang yang tidak mau mencuri, orang yang tidak mau menggunakan hak orang lain, atau orang yang memang tidak mau mengganggu orang lain. Tetapi apakah dunia ini juga mempunyai kejujuran di hadapan Allah? Kejujuran hidup yang dilandasi oleh ketulusan hati untuk membuka diri terhadap orang lain, menerima orang lain, dan mempunyai sikap hati untuk membantu orang lain?

Kebanyakan orang mau membuka diri, menerima, dan mempunyai sikap hati untuk membantu, karena adanya persamaan-persamaan, karena adanya hubungan untung rugi, karena berpikir tentang potensi kebaikan yang akan diterimanya, atau karena adanya harapan-harapan yang diinginkannya. Tetapi apabila tidak persamaan, tidak adanya potensi kebaikan, tidak adanya harapan yang diinginkan, atau tidak ada tanggapan positif yang diperolehnya, maka sebagian orang tidak akan mau menerima orang lain apa adanya.
Firman Tuhan menyatakan : “karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat” (ay. 32).

Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang yang bergaul erat dengan Tuhan, hidupnya tidak ada yang tertutup di hadapan Allah. Hidupnya akan dipenuhi oleh karakter dan sifat-sifat Allah. Hidupnya akan dapat menggambarkan karya Allah yang telah diterimanya. Dan pada akhirnya hidupnya akan menjadi cermin pribadi Allah bagi sesamanya di dunia ini.
Oleh karenanya, maka dia pun akan dapat menerima orang lain, seperti Allah menerima dia. Dia akan terbuka kepada orang lain tanpa memandang muka. Dia akan mengasih orang lain, tanpa melihat pamrih dan tanggapan. Dan dia pun akan terus melakukan kebaikan tanpa lelah bagi sesamanya, karena dia merasakan kebaikan dan berkat Tuhan yang terus mengalir dalam hidupnya.
ITULAH KEJUJURAN HIDUP yang Tuhan harapkan terjadi dalam hidup kita.

Akan tetapi apabila kita tidak mempunyai ketulusan hati untuk membuka diri terhadap orang lain, menerima orang lain, dan mempunyai sikap hati untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain di sekitar kita, maka yang akan muncul dalam hidup kita adalah kecurigaan (ay. 29), pertengkaran dan perbuatan jahat (ay. 30), iri hati dan kelaliman (ay. 31). Dan secara tegas firman Tuhan menyatakan bahwa apabila kita melakukan demikian, maka kita adalah  “ORANG SESAT” yang menjadi kekejian bagi Allah.
Jadilah pribadi tulus di hadapan Tuhan, karena Tuhan akan memberkati tempat kediaman kita (ay. 33), dan kita akan beroleh belas kasihan Allah sepanjang waktu umur kita (ay. 34).

Pengajaran KETIGA.
Warisilah kehormatan Tuhan.

Setiap orang pastilah mendambakan kehormatan. Apabila kita mendambakan kehormatan dunia ini, maka kehormatan ini sifatnya semu, dan waktunya terbatas. Kehormatan duniawi dilakukan tanpa ketulusan, tetapi selalu dilandasi oleh pamrih, pengharapan palsu, dan keinginan-keinginan untuk meninggikan dan memuaskan diri sendiri. Tetapi apabila kehormatan dari Allah sifatnya pasti, dan waktunya tidak terbatas.
Kehormatan yang berasal dari Tuhan muncul karena kita mempunyai karakter-karakter ilahi yang telah Tuhan tanamkan sewaktu kita percaya dan mempercayakan hidup kita kepadaNYA. Karakter-karakter Ilahi itulah yang menjadikan kita berbeda dengan setiap pribadi dunia ini. Karakter-karakter pribadi itulah mendudukkan kita lebih tinggi dari karakter-karakter dunia yang tidak sesuai kehendak dan pengajaranNYA.
Ketika kita mempunyai karakter, kualitas hidup, teladan dan implementasi hidup yang tidak biasa, tetapi melampaui apa yang dituntutkan dunia ini sesuai pengajaran Kristus, maka kita akan ditempatkan pada suatu kehormatan kekal. Kehormatan yang bukan hanya di dasarkan pada tanggapan sesama kita, tetapi kehormatan yang didasarkan pada perkenan Allah di dalam hidup kita. Perkenan Allah itulah yang menjadi dasar kehormatan sejati dalam hidup kita.
Kita tidak akan mampu menerima kehormatan sejati dalam perkenan Allah, tanpa pernyataan dan perbuatan Allah dalam hidup kita. Kita akan menerima kehormatan Allah, karena kita “mewarisi” karakter-karakter baik yang Tuhan telah nyatakan dalam hidup kita.
Oleh karenanya, firman Tuhan hari ini menyatakan : “Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh” (ay. 35).
Jangan tahan kebaikan Tuhan yang ada dalam hidup kita karena itu warisan Allah yang perlu kita jaga dan perlu kita bagikan juga untuk orang lain yang memerlukannya. Dengan berbuat baik, maka kita pun sedang mengimplementasikan hidup dalam kehormatan yang diperkenan Allah.
--------
RENUNGAN PRIBADI :
--------
Di dunia ini tidak sedikit orang yang sesungguhnya tahu untuk melakukan sebuah kebaikan kepada seseorang tetapi tidak melakukannya. Bahkan yang mengejutkan, ada orang-orang yang sengaja menahan hak yang seharusnya diterima oleh orang lain. Periksalah hati kita: adakah seseorang di sekitar kita yang seharusnya menerima hak dari kita namun kita sengaja menahannya? Sadarilah bahwa kita adalah “saluran” yang dipakai Allah untuk menyalurkan kebaikan-Nya, karena itu kiranya kita tidak sedikit pun menahan berkat Allah yang seharusnya menjadi bagian orang lain.
Dan jadikanlah kita sebagai agen-agen kebaikan yang tidak pernah kehabisan kebaikan, karena berkat dan kebaikan Allah pun tidak pernah habis bagi hidup kita.
--------
SYS/www.renunganharian.net
--------
Tetap semangat di dalam Tuhan.  Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". 
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-----
Kata mutiara hari ini :
JADI, JIKA SESEORANG TAHU BAGAIMANA IA HARUS BERBUAT BAIK, TETAPI IA TIDAK MELAKUKANNYA, IA BERDOSA.—Yakobus 4:17

Comments

Popular posts from this blog

MEMELIHARA ALAM

KITA SUNGGUH BERHARGA

ADA MASA DEPAN