KHOTBAH YANG DIHIDUPI

Kamis, 07 Maret 2019
--------
Bacaan Firman Tuhan : Ayub 42:1-6
Nats Alkitab :  “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” (Ayub 42:5)
--------
RENUNGAN
--------
Saya pernah mendengar khotbah sederhana mengenai pentingnya bersukacita yang dibagikan oleh seseorang yang telah menang atas pergumulan hidupnya yang berat. Bertahun-tahun lamanya ia bergumul untuk mampu menjaga agar sukacita tetap ada dalam dirinya, setelah tragedi luar biasa yang menimpanya. Saya terkejut karena khotbah itu terasa “bertenaga”, sekalipun isi khotbahnya tak membahas sesuatu yang baru. Tak butuh waktu lama saya mengerti alasan mengapa khotbah itu terasa berbeda: khotbah itu dihidupi!

Mendengar khotbah yang dihidupi selama bertahun-tahun, efeknya tentu akan berbeda dengan khotbah yang hanya berupa teori tanpa disertai pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi dapat “menghidupkan” isi khotbah karena seseorang berbagi dengan segenap hatinya. Itulah sebabnya, penting sekali bagi kita untuk menjadi para pelaku firman, dimana kita mengalami firman Tuhan yang kita baca atau sampaikan (Yak. 1:22). Tragedi yang dialami oleh Ayub, seandainya Ayub berkesempatan menceritakan langsung kisah hidupnya hingga ia “memandang Allah”, pastilah akan sangat bertenaga, bahkan sanggup dipakai Allah untuk mengubahkan hati para pendengarnya. Mengapa? Karena Ayub menghidupi pesannya, tak hanya piawai berbicara!

Bagaimanakah dengan hidup kita? Apakah kita juga merasakan kuasa firman terjadi dalam hidup kita sebagaimana Ayub rasakan?

Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepasa satu judul perikop: “Ayub mencabut perkataannya dan menyesalkan diri”.
Suatu bagian firman Tuhan yang mengajarkan kepada kita tentang kebenaran rancangan Allah yang terjadi dalam hidup kita, ketika kita mampu memandang Allah dalam hidup kita.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

Pengajaran PERTAMA.
Tidak ada rencana Allah yang gagal.

Penderitaan yang berat, kehilangan hal-hal yang istimewa, kesendirian menghadapi pergumulan hidup, tidak ada kepastian jawaban Tuhan, penderitaan pribadi dengan berbagai macam kekurangan, ditinggalkan sahabat, mengalami sakit penyakit yang berat, bahkan dihujat banyak orang, seringkali menjadi pemicu pertanyaan dalam hidup kita untuk kembali mengkritisi firman Tuhan, dan menanyakan apakah benar Allah merancangkan sesuatu yang baik dalam hidup kita, dan tidak ada rancangan Allah yang gagal?

Hari ini firman Tuhan menegaskan bahwa : “"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (ay. 2).
Pernyataan Ayub di atas bukanlah pernyataan jargon semata-mata, tetapi merupakan pernyataan iman yang mengubah hidupnya, yang membalikkan kondisi hidupnya, dan yang memberikan masa depan yang baru dalam hidupnya. Pada saat mengucapkan hal tersebut, Ayub masih kehilangan semua kekayaannya, kehilangan semua anak-anaknya, mengalami sakit barah yang luar biasa, dan masih menjadi perdebatan dan ejekan dari sahabat-sahabatnya, tetapi dengan segala penderitaannya, Ayub diubahkan imannya, diubahkan pandangannya, dan diperbaharui hubungannya dengan Tuhan.

Mungkin hidup kita saat ini mengalami berbagai macam peristiwa, kegagalan, kehilangan, sakit penyakit, penderitaan, dihujat dan menjadi ejekan orang lain. Tetapi ingatlah bahwa pada saat itu tidak seharusnya kita mengkritisi, melawan, dan menggugat firman Tuhan. Justru kita harus belajar untuk kembali ke TITIK NOL. Yaitu penyadaran bahwa hidup kita adalah milik Tuhan, semua kepunyaan kita adalah kepunyaan Tuhan, dan apabila kita dikaruniakan untuk mempunyai, menduduki, dan menempati sesuatu, maka hal itu adalah karunia dan berkat Allah yang luar biasa dalam hiidup kita. Kita bukanlah PEMILIK, tetapi kita adalah PENERIMA KUASA kehidupan.  Kita harus belajar kepada teladan Ayub untuk mencabut semua perkataan buruk kita, dan menyesalkan diri di hadapan Allah.
Mencabut perkataan buruk dan menyesalkan diri di hadapan Allah pada saat situasi buruk rupanya menjadi dasar bagi kita untuk secara ikhlas mengakui kuasa, kehendak, dan rancangan Allah. Oleh karenanya, setelah mencabut semua perkataan buruk, prasangka, gugatannya kepada Allah, dan menyesali diri, maka Ayub mampu melihat hidup secara istimewa, dan dia berani mengatakan : “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”.
Dan pasca pengakuan itu, Tuhan bekerja secara luar biasa dan melakukan perkara-perkara ajaib dalam hidup Ayub. Firman Tuhan katakan : “TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat” (ay. 12-16).

Pengajaran KEDUA.
Mengenal Allah secara pribadi.

Banyak orang mengaku, merasa, atau bahkan membanggakan bahwa dia adalah orang-orang yang mengenal Tuhan. Tetapi firman Tuhan hari ini menegaskan bahwa seorang yang mengenal Tuhan adalah ketika kita mengalami kedekatan dengan Tuhan, sesuai firman Tuhan yang menyatakan : “Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku” (ay. 4).

Pengenalan akan tidak bukan di dasarkan kepada pengetahuan teologi kita. Bukan karena kegiatan rohaniah kita. Bukan pula terjadi karena banyaknya pelayanan yang kita lakukan untuk gereja dan sesama. Atau pula kita sering merasa bahwa ketika kita dianggap lebih dari orang lain, maka kita adalah orang-orang yang mengenal Tuhan.
Hari ini firman Tuhan menegaskan bahwa pengenalan akan Allah merupakan rasa diri pribadi untuk melihat secara benar, untuk merasakan komunikasi dengan Allah secara benar, untuk peka mendengar suara firman Tuhan secara benar, dan bahkan mampu mendiskusikan hidup kita kepada Allah secara benar. Hubungan pribadi yang terbangun secara istimewa dan luar biasa dengan Allah, sesungguhnya menjadi indikator bagi kita untuk mengenal Allah.
BUKAN PENGAKUAN ORANG LAIN kita dapat disebut mengenal Tuhan, tetapi pengenalan orang adalah perkara pribadi, sehingga Ayub menyatakan bahwa : “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (ay. 5).
Pengenalan dan pandangan kita kepada Tuhan tidak dapat menggunakan kacamata. Kacamata pendapat dan pengajaran orang lain, kacamata berkat, kacamata agama, kacamata pengakuan. Karena kacamata duniawi tersebut dapat menjadi penghalang kita, apabila kita mengalami kegagalan, kehilangan, sakit penyakit, penderitaan, dihujat dan menjadi ejekan orang lain.
Media kita untuk melihat dan mengenal Allah, adalah mata rohani kita dalam kacamata iman yang benar di dalam Kristus Yesus. Mata yang jernih, mata yang fokus kepada Allah, dan mata yang melihat terang Allah, itulah mata yang benar untuk melihat Allah dengan karya dan rancangan ajaibNYA bagi kita.
Dan sesungguhnya Allah sangat dekat dalam hidup kita. KeberadaanNYA sudah satu dengan kita saat Roh Kudus dimateraikan dalam hidup kita. Percakapan kita, hanya sebatas DOA, saat kita memerlukanNYA. KuasaNYA jauh melebihi semua pikiran, logika bahkan doa kita, pada saat kita memanggil dan meminta pertolonganNYA.
Marilah kita menjernihkan pandangan dengan dengan mata rohani yang benar di hadapanNYA, agar kita jangan selalu memandang berbagai masalah, pergumulan, pergolakan, himpitan, kesulitan, kegagalan, kehilangan, sakit penyakit, penderitaan, dihujat dan menjadi ejekan orang lain, tetapi hanya memandang kepada kebaikan, rancangan ajaib, dan janji-janji mulia yang disediakanNYA bagi kita.
--------
RENUNGAN PRIBADI
--------
Oleh karenanya, dukungan doa bagi para pemberita firman sangat diperlukan. Berdoalah supaya mereka tak hanya cakap mengajar, tetapi juga menghidupi apa yang mereka sampaikan dan ajarkan. Berdoalah supaya Roh Kudus bekerja, supaya melalui pemberitaan itu, banyak hati diubahkan oleh kuasa Tuhan.
Marilah kita menjernihkan pandangan dengan dengan mata rohani yang benar di hadapanNYA, agar kita jangan selalu memandang berbagai masalah, pergumulan, pergolakan, himpitan, kesulitan, kegagalan, kehilangan, sakit penyakit, penderitaan, dihujat dan menjadi ejekan orang lain, tetapi hanya memandang kepada kebaikan, rancangan ajaib, dan janji-janji mulia yang disediakanNYA bagi kita.
--------
GHJ/www.renunganharian.net
--------
Tetap semangat di dalam Tuhan.  Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". 
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-----
Kata mutiara hari ini :
HOTBAH YANG DIHIDUPI AKAN MEMUNCULKAN KEINGINAN DALAM DIRI PENDENGARNYA UNTUK MENGALAMI KEBENARAN FIRMAN-NYA

Comments

Popular posts from this blog

MEMELIHARA ALAM

CARA TUHAN MENYELAMATKAN

ADA MASA DEPAN