GODAAN GAWAI
Sabtu, 27 Oktober 2018
------------
Bacaan Firman Tuhan : 1 Samuel 2:27-36
Nats Alkitab : “Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.” (1 Samuel 2:30b)
------------
Ilustrasi dan renungan :
------------
Seorang pengkhotbah geram menanggapi perilaku sebagian orang percaya yang asyik dengan gawainya ketika lagu-lagu pujian sedang dinyanyikan atau khotbah sedang disampaikan. Ia lantas membandingkan dengan khidmatnya penganut keyakinan lain ketika sedang beribadah. Sebaliknya, kita beribadah di rumah Allah, tetapi malah mengabaikan Allah. Sungguh ironis!
Sikap seseorang saat beribadah menunjukkan dengan jelas seberapa dalam penghormatannya kepada Allah. Kita saja tidak akan merasa nyaman ketika ada orang bersama dengan kita, seruangan atau duduk berhadapan ketika kita sedang berbicara, tetapi ia justru lebih asyik dengan gawainya dan mengabaikan kita. Jika demikian, bukankah sudah selayaknya Allah mendapatkan penghormatan, yang ditunjukkan lewat sikap orang percaya ketika ibadah sedang berlangsung? Allah mengharapkan agar umat-Nya dapat menaruh hormat secara tepat kepada-Nya. Seperti ditegaskan dalam nas hari ini, barangsiapa yang menghormati Allah, Allah akan menghormatinya juga, tetapi siapa yang menghina Dia, akan dipandang rendah oleh-Nya.
Bagaimanakah dengan hidup kita? Apakah kita mempunyai kerendahan hati untuk melihat Allah di dalam hidup kita, dan kita berusaha menghormatiNYA?
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Nubuat tentang Eli dan kaum keluarganya”.
Suatu bagian firman Tuhan yang meriwayatkan tentang Nabi Elia yang tidak dapat mendidik anak-anaknya dengan baik, sehingga kehidupan mereka tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dan karena buruknya karakter mereka di hadapan Allah, maka Allah menghukum dan merendahkan anak-anak Eli.
Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:
Pengajaran PERTAMA.
Pilihan menjadi hamba Allah.
Kedudukan sebagai hamba Allah, sebagai pelayan Allah, bukanlah suatu pilihan kita, sehingga kita dapat seenaknya menjalankan hal itu menurut keinginan kita pribadi. Sama seperti Eli dan keturunannya, maka sesungguhnya kedudukan sebagai imam dan nabi bagi bangsa Israel merupakan pilihan Tuhan, kepercayaan Tuhan bagi mereka (ay. 28). Oleh karenanya Tuhan menghendaki agar mereka dapat melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya.
Kita adalah imam, dan hamba-hamba Tuhan pada zaman modern ini. Memang kita tidak menggunakan atribut sebagai imam dan hamba Tuhan, tetapi firman Tuhan katakan secara tegas bahwa kita adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah yang diberikan tugas untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang ajaib (1 Petrus 2:9). Selain itu kita adalah hamba-hamba Allah (Roma 6:22).
Apakah kita menyadari bahwa kedudukan kita sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah, dan hamba-hamba Allah bukan terjadi karena kita, tetapi karena Allah yang memilih dan karena kebaikan hati Allah di dalam kehidupan kita?
Apabila kita menyadari bahwa itu terjadi karena pilihan dan kehendak Allah, maka sudah seharusnyalah kita akan menghormatinya, mempertahankannya, dan menjadikannya sebagai bagian pelayanan terbaik kepada Tuhan. Dengan kedudukan kita tersebut, Tuhan menghendaki agar kita dapat menjadikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepadaNYA (Roma 12:1).
Pengajaran KEDUA.
Hargai pilihan Tuhan bagi hidup kita.
Kedudukan kita sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah, dan hamba-hamba Allah membawa konsekuensi penting bagi kehidupan kita. Salah satu konsekuensi menjadi hamba Tuhan adalah mau mempunyai kerendahan hati terhadap perintah dan firman yang disampaikanNYA, serta mau menghormati kekudusan Tuhan dalam hidup kita (ay. 29). Sikap kerendahan hati, dan mau menghormati kekudusan Tuhan dalam hidup kita, merupakan implementasi sikap “menyangkal diri” di dunia ini.
Firman Tuhan hari ini menegur secara keras bagi kita, orang-orang percaya, karena adanya anak-anak Tuhan yang “menggemukkan dirinya” dengan mengambil bagian terbaik dari korban sajian Israel (ay. 29). Artinya bahwa ada orang-orang percaya yang mementingkan dirinya sendiri, bahkan mungkin mencuri kemuliaan Tuhan, mengambil persembahan yang seharusnya untuk Tuhan, dan tidak mau memberi diri untuk menjadi pelayanan dan hambaNYA. Tuhan tidak berkenan kepada hal ini, karena berarti kita sebagai hamba-hamba Tuhan tidak menghormati namaNYA, tidak mengutamakan DIA, dan tidak memuliakan namaNYA di dalam hidup kita.
Tuhan sangat murka, sehingga apabila kita melakukan hal itu, maka hukumanNYA telah menanti di hadapan kita, dengan menyatakan : “Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya” (Ay. 31-32).
Pengajaran KETIGA.
Janganlah Tuhan memusnahkan hidup kita.
Nubuatan terhadap anak-anak Imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, imam-imam muda yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sungguh menakutkan. Tuhan akan memusnahkan kedua anak Imam Eli (ay. 34). Dan Tuhan akan mengangkat imam lain untuk diurapi, dan dibangun menjadi hambaNYA yang setia untuk menyembah dan melayani Tuhan (ay. 35-36). Dan nubuatan itu sungguh nyata, karena Tuhan mengijinkan Hofni dan Pinehas mati oleh karena dosanya, dan Tuhan mengurapi Samuel menjadi pengganti Eli.
Tentunya kita tidak ingin mengalami nasib seperti Hofni dan Pinehas, hamba dan umat Tuhan yang hidupnya tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dan biarlah kita boleh diberkati dalam kedudukan kita sebagai imam, hamba Tuhan dalam kehidupan kita, dengan adanya makanan sekerat roti yang tidak pernah habis Tuhan berikan dalam hidup kita (ay. 36). Marilah kita memenuhi harapan Tuhan menjadi imam, hamba Tuhan yang mau dengan setia menyerahkan hidup dengan segenap hati dan jiwa untuk Tuhan (ay. 35).
------------
Renungan Pribadi :
------------
Bagaimanakah kita menjalani hidup sebagai hamba Allah, imamat rajani di dunia ini? Tak mudah memang menahan godaan untuk tidak memainkan gawai selama ibadah berlangsung. Saya sendiri akhirnya memilih meninggalkan gawai di rumah setiap kali pergi beribadah supaya dapat lebih fokus menjalankan ibadah. Bagaimana dengan sikap kita selama beribadah? Masihkah kita mengikutinya dengan khidmat, sebagai tanda penghormatan kita kepada Allah, hamba Tuhan, dan saudara seiman kita?
Marilah kita memenuhi harapan Tuhan menjadi imam, hamba Tuhan yang mau dengan setia menyerahkan hidup dengan segenap hati dan jiwa untuk Tuhan.
------------
GHJ/www.renunganharian.net
------------
Selamat beraktifitas.
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!".
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
----------
Kata mutiara hari ini:
KITA AKAN MENGHORMATI ALLAH DI MUKA UMUM JIKA KITA MENGHORMATI DIA DI DALAM HATI
Comments
Post a Comment