TETAP BERSATU

Rabu, 27 Jun 2018
----------
Bacaan Firman Tuhan :   1 Korintus 1:10-17
Nats Alkitab                     :   Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
(1 Korintus 1:10)
----------
Ilustrasi dan renungan:
----------
Pecah atau retak dalam bahasa Yunani disebut skhisma. Kata ini dipakai Paulus untuk menyebut perpecahan yang terjadi di jemaat Korintus. Mereka berbantah-bantahan tentang pelayan mereka. Mereka menyombongkan diri satu sama lain. Beberapa orang mengunggulkan Paulus, mungkin sebagai orang yang luhur dan rohaniah. Yang lain mengagungkan Apolos, mungkin sebagai pembicara yang fasih. Beberapa lagi mengagungkan Kefas, mungkin karena wibawa usianya yang lebih tua dan rasul bagi orang yang bersunat. Sebagian lagi tak memihak kelompok mana pun, tetapi menyebut diri sebagai golongan Kristus.

Paulus yang mendengar hal itu memohon dengan sangat, “Aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus.…” Melalui nasihat itu, Paulus seolah ingin menyampaikan bahwa jika kamu menghormati Nama yang terkasih dan layak itu, yang oleh-Nya kamu dipanggil, kamu harus erat bersatu dan sehati sepikir. Ia menegaskan bahwa Kristus jauh lebih utama dari pada orang-orang utusan-Nya, termasuk dirinya.

Bagaimanakah kehidupan kita, apakah persatuan, kesehatian dan kebersamaan merupakan bagian kehidupan yang menyertai kehidupan kita? Ataukah justru muncul adanya berbagai macam perpecahan dan perbedaan yang menjauhkan satu dengan yang lain?

Hari ini kita belajar pada satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Perpecahan dalam jemaat”. Suatu pengajaran Rasul Paulus yang mengajarkan kepada kita tentang satu prinsip dalam kehidupan orang percaya yaitu erat bersatu dan sehati sepikir yang menghilangkan semua perselisihan dan meninggikan diri.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

PENGAJARAN PERTAMA.
Perhatikan prinsip kebersamaan dalam kehidupan orang percaya.

Secara tegas Rasul Paulus menjelaskan adanya tiga prinsip penting yang diperlukan dalam kehdiupan orang percaya untuk menghilangkan semua perselisihan dan perpecahan dalam jemaat, yaitu seia sekata, erat bersatu dan sehati sepikir (ay. 10).

Kata “seia sekata” (leg'-o), menunjukkan suatu model kehidupan yang mempunyai satu tekad hati untuk mempertahankan persekutuan, kebersamaan melalui sikap saling mengajar, saling mengarahkan, bersatu untuk mencapai maksud atau tujuan yang sama, mau saling untuk saling menyapa (memanggil nama), dan saling berdiskusi secara terbuka untuk berbagi dan menyampaikan kebutuhan masing-masing.

Kata “erat bersatu” (kat-ar-tid'-zo) menunjukkan suatu model kehidupan mau mengharmonisasi setiap orang dalam persekutuan sehingga mempunyai suara yang lengkap dan harmonis seperti paduan suara. Selain itu erat bersatu juga mempunyai arti mau menerima kembali sesuatu yang rusak, robek, tetapi kemudian mau memperbaiki, merekatkan kembali apa yang sudah rusak, robek sehingga menjadi satu. Erat bersatu juga berarti sikap untuk mau saling diatur, menyesuaikan, dan melengkapi yang kurang, dan masing-masing mau  membatasi diri seperti memberikan bingkai, aturan-aturan bagi diri sendiri dan komunitas sehingga menjadikan persekutuan menjadi lebih indah. Bagi pribadi, kata “erat bersatu” mengandung arti bahwa persekutuan seharusnya memperkuat dan menyempurnakan arti kehidupan seseorang sehingga dia dapat menjadi seperti seharusnya seperti yang diharapkan Tuhan.

Kata “sehati sepikir” (gno'-may) menunjukkan suatu pola kehidupan untuk mau menggunakan dasar pemikiran yang sama, yaitu kehendak Kristus di dalam hidup orang percaya, sehingga  setiap tindakan tidak hanya mendasarkan pada keinginan diri sendiri semata-mata, tetapi juga mempertimbangkan pandangan, penilaian dan pendapat orang lain. Selain itu “sehati sepikir” juga mengandung pengertian  tekad dan niat diri setiap orang percaya untuk dapat berbuat yang terbaik menyelesaikan kewajiban hidup yang ada di dalam dirinya disertai keterbukaan terhadap penilaian, dan saran orang lain sehingga persekutuan Tuhan dapat membuat suatu keputusan bersama yang memuliakan nama Tuhan.

Rasul Paulus menegaskan bahwa apabila setiap orang, setiap keluarga, setiap persekutuan, setiap gereja mempunyai tiga prinsip dasar di atas, maka perselisihan, pertengkaran, dan adanya kelompok-kelompok pastilah tidak terjadi (ay. 10-11).

PENGAJARAN KEDUA.
Bersatu hati jangan membatasi diri dengan kelompok-kelompok.

Firman Tuhan pada ayat 12-13 menyatakan bahwa : “Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?”.

Firman Tuhan di atas memberikan pengajaran sekaligus gambaran mengenai perpecahan jemaat di Korintus. Perpecahan itu terjadi seiring dengan perkembangan gereja dan persekutuan Tuhan, dimana beberapa anggota gereja mulai lebih lekat kepada para pelayan Injil tertentu daripada dengan Injil. Rasul Paulus menyalahkan sikap ini, sambil mengingatkan jemaat bahwa sesungguhnya para pelayan Injil bukan pribadi yang menjadi fokus dalam persekutuan atau gereja. Pribadi yang seharusnya menjadi fokus dalam hidup jemaat, persekutuan atau gereja seharusnya adalah Tuhan Yesus Kristus, yang telah disalibkan dan bangkit bagi kita. Ketika kita lebih berorientasi kepada kedekatan manusia, dan bukan kepada Kristus dan Firman-Nya, maka  akan dapat berakibat pecah belahnya kesatuan jemaat dan orang percaya. Kita harus selalu berhati-hati untuk memusatkan kasih dan kesetiaan kita kepada Allah dan Firman-Nya, bukan manusia atau siapapun juga.

Biarlah melalui persekutuan dan pengenalan firman Tuhan, kehidupan kita semakin dekat kepada Allah dan firmanNYA dan bukan untuk mencari kedekatan dengan manusia.

PENGAJARAN KETIGA.
Fokus kembali kepada panggilan.

Dalam keadaan perpecahan jemaat dan terjadinya kelompok-kelompok dalam jemaat dimana setiap orang di Korintus telah salah fokus kehidupannya di dalam Kristus, Rasul Paulus mengajak kita kembali untuk mengingat fokus hidup kita sebagai orang percaya, sebagaimana tertulis dalam ayat 17 yang menyatakan : “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia”.

Firman Tuhan di atas menegaskan bahwa keselamatan yang kita peroleh dari Kristus tidak akan menjadi sia-sia apabila kita tidak lupa untuk memberitakan Injil di dalam hidup kita. Pemberitaan Injil menggambarkan ucapan syukur atas keselamatan yang telah kita terima dari Tuhan. Pemberitaan Injil merupakan pernyataan keyakinan kita atas Injil. Dan pemberitaan Injil merupakan bukti kasih kita kepada Tuhan. Namun pemberitaan Injil bukanlah hanya dapat dilakukan dengan perkataan semata-mata, tetapi juga seharusnya diikuti dengan keteladan (=hikmat perkataan) yang kita lakukan secara nyata di dalam hidup kita.

Perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan adalah tindakan sia-sia dalam Kristus yang akan menghancurkan semua kesaksian baik yang Tuhan telah nyatakan di dalam hidup kita. Dan pengajaran firman Tuhan menegaskan bahwa perselisihan, pertengkaran dan perpecahan terjadi karena keegoisan kita yang tidak mau tunduk dalam panggilan dan pengajaran Kristus. Perpecahan, pertengkaran, dan perselisihan terjadi ketika orientasi hidup kita masih bukan Kristus, tetapi kepada manusia atau formalitas keagamaan yang menjadi alat untuk membanggakan dan memuaskan diri sendiri.

Marilah kembali kepada fokus kehidupan untuk menjadikan diri kita sebagai teladan di dalam Kristus, sehingga kita dapat melakukan pemberitaan Injil sesuai amanat Agung Kristus.

----------
Renungan Pribadi:
----------

Bagaimanakah dengan hidup kita?
Adakah hidup kita masih diwarnai dengan perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan dalam keluarga, persekutuan atau gereja?
Hal ini mungkin saja terjadi atau sedang terjadi di antara kita sesama orang Kristen.
Ketika perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan sedang terjadi didalam hidup kita, maka kita sedang tidak berfokus hidup kepada Kristus dan pengajaran firmanNYA, tetapi kita sedang berfokus kepada keinginan diri sendiri, pemuasan nafsu pribadi, dan kita sedang melakukan kesombongan diri.
Kitab Amsal 13:10 menyatakan, “Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran.”
Perpecahan adalah cela bagi keimanan kita, sekaligus tanda sikap tidak hormat kepada Nama yang terkasih dan layak itu.
Sebab, adakah Kristus terbagi-bagi?
Tidak. Hanya ada satu Kristus.
Karena itulah, setiap orang percaya harus tetap bersatu dengan Kristus dan firmanNYA.

----------
PRB www.renunganharian.net
----------
Selamat beraktifitas, dan berkarya. Tetap semangat di dalam Tuhan.  Tetap teguh menjalankan firman Tuhan. Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!".   Dan Allah mengabulkan permintaannya itu. 
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati.  Amin.
-------------
Kata mutiara hari ini :
BERBAHAGIALAH KITA, JIKA TETAP BERSATU SAMA DENGAN KRISTUS YANG TIDAK TERBAGI-BAGI.
-------------

Comments

Popular posts from this blog

BUAH KESETIAAN

PELAKU KEBENARAN

ADA MASA DEPAN