TANGISAN MARIA
Selasa, 03 April 2018
--------------
Baca : Yohanes 20:11-18
Nats Alkitab : Kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!”, artinya Guru.
(Yohanes 20:16)
--------------
Ilustrasi dan renungan:
--------------
Bersama dengan mereka yang berhasil diselamatkan dari tenggelamnya Titanic, perempuan bernama Leah itu berada di kapal penyelamat, Carpathia.
Matanya terus mencari bayinya, Filly.
Tiba-tiba terdengar suara tangis bayi yang sangat dikenalnya. Bayi itu sedang digendong seorang wanita yang mengakuinya sebagai anaknya.
Kapten kapal datang melerai kedua perempuan itu, lalu bertanya kepada Leah, “Dapatkah kau sebutkan ciri dari anakmu yang dibawanya sejak lahir?”
Leah menjawab, “Di dadanya ada bercak merah.” Setelah diperiksa, ternyata benar. Kapten menyerahkan bayi itu kepadanya.
Ketika peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus terjadi, di makam itu Maria menangis.
Benaknya dipenuhi pikiran tentang keberadaan mayat Yesus (ay. 13).
Kesedihan, kedukaan, dan kegalauan berkecamuk di hatinya sehingga dirinya tak mampu mengenali Tuhan yang sedang berada di dekatnya (ay. 14).
Namun, tak menjadi soal, sebab Yesus yang mati dan bangkit itu tetap mengenal Maria. Dan, dengan lembut Yesus menyapa, “Maria!” (ay. 16).
Mereka pun berjumpa kembali pada pagi Paskah itu.
Bagaimanakah dengan kehidupan kita?
Apakah kita merasakan hubungan yang khusus dengan Tuhan Yesus, dan kita merasakan bahwa DIA mengenal hidup kita sehingga DIA selalu hadir dalam kehidupan kita dalam keadaan apapun yang sedang menimpa kita?
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena”.
Suatu kisah kebangkitan Yesus Kristus, dimana dalam hari-hari pertama kebangkitanNYA, salah satu murid yang dijumpaiNYA adalah Maria. Dan dalam perjumpaanNYA dengan Maria, Maria sangat dikuatkan karena Tuhan Yesus mengenalnya, mengingatkan kembali tentang perkataan Alkitab bahwa DIA akan bangkit pada hari ketiga, serta mengubah hidupnya tidak lagi murung dan sedih, tetapi kembali bersukacita dan menjadi baru di dalam Kristus.
Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:
PENGAJARAN PERTAMA.
Beban hidup sering mempersempit cakrawala iman.
Kehidupan tidak selamanya ditandai dengan hal-hal yang menggembirakan semata-mata. Tetapi ada kalanya juga mengalami peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, mengecewakan, memberatkan, dan bahkan juga membuat kita jatuh dan menangis.
Sama seperti kesedihan Maria karena kematian Yesus Kristus di kayu salib, sangat mengganggu hidupnya, sangat menyedihkan hidupnya, sangat membebani hidupnya, sangat membuat kecewa dan putus harapan hidupnya, karena Tuhan Yesus yang telah menolong dan mengasihi hidupnya, yang diharapkan dapat memberikan masa depan baru, memberikan perubahan hidup, dan memberikan kehidupan yang lebih baik, ternyata harus mati di kayu salib (ay. 11).
Keadaan jiwa dan olah rasa Maria yang sedang sedih, kecewa, dan putus harap tersebut, rupanya membawa dampak cukup luar biasa di dalam hidupnya.
Bukan saja kehilangan kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga tidak mengenal lagi siapa saja yang ada di sekitarnya, yaitu adanya dua malaikat dan Tuhan Yesus (ay. 12), Maria juga tidak dapat membedakan antara penjaga kubur dan malaikat atau Tuhan.
Selain itu Maria tidak lagi peduli akan pembicaraan atau pertanyaan siapapun di sekitar kubur itu (ay. 13-15).
Keadaan jiwa dan olah rasa Maria yang sedang sedih, kecewa, dan putus harap tersebut telah mempersempit pandangan fisiknya, jiwanya, bahkan imannya kepada Tuhan.
Dia tidak dapat lagi memandang Tuhan. Dia tidak lagi mampu beriman di dalam Tuhan, dan dia juga tidak lagi mampu mendengar suara Tuhan Yesus secara jelas. Apalagi meresponnya secara tepat.
Bukankah kehidupan kita seringkali seperti Maria?
Ketika penderitaan, kekecewaan, kesedihan, beban kehidupan, tekanan pekerjaan dan tugas, serta permasalahan membebani hidup kita, maka seringkali kita pun akan kehilangan kepekaan sekitar kita.
Kita tidak lagi peduli dengan lingkungan kita.
Kita akan “mempersempit pandangan kita, olah rasa kita, empati kita kepada sekitar kita, kepada teman kita, kepada sahabat kita, kepada rekan-rekan kita.
Kita juga tidak lagi mempunyai perspektif iman yang luas kepada Tuhan, tetapi kita mempersempit harapan iman kita berdasarkan kacamata pribadi kita.
Kita juga akan semakin sulit memiliki kepekaan untuk mendengar suara Yesus dalam hidup kita.
Dan kita juga semakin berat merespon kehendak Allah dalam hidup kita.
Dan ketika itu terjadi, maka sesungguhnya kita sedang mengalami “penyakit rohani”, yang dapat membawa kita kepada kematian rohani.
Hati-hatilah agar tidak dikuasai dan ditekan oleh penderitaan, kekecewaan, kesedihan, beban kehidupan, tekanan pekerjaan dan tugas, serta permasalahan yang membebani hidup kita. Jangan biarkan kesemuanya itu menguasai kita.
Tetapi biarlah kita boleh menguasai, mengelola dan menangani semuanya itu bersama Tuhan dengan karya kreatifNYA dalam hidup kita, sehingga kita tidak kehilangan kepedulian dengan lingkungan kita, kita tidak akan “mempersempit pandangan kita, olah rasa kita, empati kita kepada sekitar kita, kepada teman kita, kepada sahabat kita, kepada rekan-rekan kita, kita dapat mendasarkan hidup kepada perspektif iman yang luas kepada Tuhan, kita juga akan semakin memiliki kepekaan untuk mendengar suara Yesus dalam hidup kita, dan kita semakin cepat untuk merespon kehendak Allah dalam hidup kita.
PENGAJARAN KEDUA.
Ingat bahwa Tuhan mengenal dan mengerti kita.
Ketika kita membaca ayat 16-17, kita menjumpai suatu ikatan yang luar biasa antara Tuhan Yesus dengan muridNYA.
Tuhan Yesus mengenal muridNYA dengan sungguh amat baik. Tuhan Yesus juga mempunyai kedekatan dengan para murid. Tuhan Yesus juga mempunyai sentuhan kata yang cukup luar biasa terhadap para murid.
Oleh karenanya ketika mereka dalam keadaan yang sulit, terjepit, dan mungkin sedang menjerit menanggung beban yang tidak terkatakan, Tuhan Yesus menjumpai, mendatangi, menyapanya lembut dan memanggil namanya, seperti ketika Tuhan Yesus menjumpai dan memanggil nama Maria sebagaimana dituliskan dalam ayat 16 bahwa : “Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.
Panggilan itu menempelak kesedihan, kekecewaan, penderitaan, dan keputusasaan Maria. Panggilan itu menyadarkan Maria.
Panggilan itu menyentuh kepada bagian paling dalam kehidupan Maria.
Panggilan itu kembali mengingatkan bahwa Maria tetap mempunyai guru yang hidup, yang telah pernah menolongnya, dan pasti akan selalu mampu menolongnya dengan kuasaNYA yang ajaib.
Tuhan Yesus mengenal Maria, muridNYA secara benar.
Panggilan Tuhan Yesus terhadap kita, orang-orang yang percaya kepada NYA, murid-mridNYA, menjadi “titik penghubung”, benang merah kasih Yesus, pertolongan Yesus dan sentuhan Yesus di dalam hidup kita.
Ingat firman Tuhan dalam Yohanes 10:14-15 yang menyatakan :
“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku”.
Kita mungkin dapat mengalami kesedihan, kekecewaan, penderitaan, dan keputusasaan, tetapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus sangat mengerti kita, sangat memahami kita, dan panggilanNYA untuk menjadi sukacita, diubahkan dan memperoleh pengharapan selalu dinyatakan dalam hidup kita.
Dengarlah panggilanNYA, sambutlah jamahanNYA, dan tetaplah peka mendengar pertolongan dariNYA.
Dialah gembala yang baik dalam hidup kita, dan apabila kita menjadi domba-dombaNYA tentulah kita akan mendengar suaraNYA.
PENGAJARAN KETIGA.
Jadilah pribadi yang melihat Tuhan.
Firman Tuhan pada ayat 18 menyatakan bahwa : “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya”.
Firman Tuhan di atas menggambarkan secara jelas dalam hidup kita, bagaimana Maria Magdalena memperoleh perubahan hidup yang luar biasa.
Dari pribadi yang sedih, kecewa, menderita, putus asa, dan kehilangan empati kepada sesama dan Tuhan, akhirnya dapat diubahkan ketika mendengar suara Yesus, mengenaliNYA dan bertemu secara pribadi dengan DIA.
Kesedihan, kekecewaan, penderitaan, ke-putusa asa-an, ketidakpekaan terhadap Tuhan, telah berubah menjadi sukacita, kebanggaan, dan hidup yang penuh harapan.
Kesemuanya terjadi karena satu hal “Aku telah melihat Tuhan”.
Ketika kita dapat melihat secara jelas wajah Tuhan dalam hidup kita, maka ada suatu arah pandang, cakrawala pandang, dan sudut pandang yang berbeda.
Semuanya dapat dipandang secara lebih jelas, lebih luas, dan lebih pasti.
Apabila pada saat ini kita merasakan ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup, hanya satu obat mujarab untuk melawannya, yaitu pandanglah pada Yesus, Tuhan kita.
Pandangan pada Yesus akan mengubah kesedihan, kekecewaan, penderitaan, ke-putusa asa-an, ketidakpekaan terhadap Tuhan, ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup, menjadi sukacita, kebanggaan, dan hidup yang penuh harapan.
Ketika kita memandang wajah Tuhan, maka kesedihan, kekecewaan, penderitaan, ke-putusa asa-an, ketidakpekaan terhadap Tuhan, ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup menjadi tertutup oleh kuasa dan kepastian hidup di dalam Tuhan.
Tetapi ketika kita hanya terfokus dan memandang kesedihan, kekecewaan, penderitaan, ke-putusa asa-an, ketidakpekaan terhadap Tuhan, ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup kita, maka Tuhan pastilah tertutup dan tidak terlihat oleh iman kita.
--------------
Renungan Pribadi:
--------------
Bagaimanakah dengan hidup kita sekarang ini?
Apakah mengalami dan berperasaan yang sama seperti Maria Magdalena yang mengalami kesedihan, kekecewaan, penderitaan, ke-putusa asa-an, ketidakpekaan terhadap Tuhan, ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup?
Ada kalanya kegalauan, kebimbangan, kekusutan pikiran, kesedihan, dan kedukaan menyelimuti kita seperti kabut pekat. Kita hanya menangis dan tak mampu mengenali Tuhan.
Kita seperti orang tersesat dalam rimba kehampaan dan kedukaan. Jangan khawatir, Tuhan tetap mengenali suara tangis kita. Dia pasti datang dan merengkuh kita ke dalam dekapan-Nya. Tiada satu pun yang dapat merebut kita dari kasih-Nya (Roma 8:38-39).
Jangan biarkan permasalahan dan beban hidup kita menutup pandangan iman kita kepada Tuhan.
Dengarlah panggilanNYA, sambutlah jamahanNYA, dan tetaplah peka mendengar pertolongan dariNYA. Karena Dialah gembala yang baik dalam hidup kita, dan apabila kita menjadi domba-dombaNYA tentulah kita akan mendengar suaraNYA.
Apabila pada saat ini kita merasakan ketidakjelasan, kehampaan, ketidakberartian, keputus asaan, keraguan, dan kelelahan hidup, hanya satu obat mujarab untuk melawannya, yaitu pandanglah pada Yesus, Tuhan kita.
--------------
PAD/www.renunganharian.net
--------------
Selamat beraktifitas, dan berkarya.
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-----------------
Kata mutiara hari ini:
KETIKA MATA KITA TAK MAMPU MENGENALI TUHAN, PERCAYALAH BAHWA MATA-NYA TAK PERNAH LUPUT MENJAGA KITA.
---------------
Comments
Post a Comment