LUNAS DIBAYAR
Selasa, 10 April 2018
-----------
Bacaan : 1 Korintus 6:12-20
Nats Alkitab : Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
(1 Korintus 6:20)
-----------
Ilustrasi dan renungan:
-----------
Saat kita membeli sebuah barang atau jasa, kita punya hak penuh atas barang atau jasa itu. Contohnya, saya membeli laptop. Laptop itu saya pakai menulis, menjalankan game, atau didiamkan—itu hak saya. Bahkan, jika saya memberikan laptop itu kepada orang lain, itu juga hak saya.
Siapakah pemilik bumi serta segala isinya, dan dunia serta segala yang ada di dalamnya?
Tuhan (Mazmur 24:1).
Kita memang memiliki harta, tetapi sebetulnya harta itu milik Tuhan.
Kita dipercaya untuk memakai dan mengelolanya. Siapakah pemilik tubuh kita?
Saat kita percaya pada Kristus dan mengikuti Dia, kita adalah milik Tuhan.
Kita menjadi satu roh dengan Kristus (ay. 17).
Tubuh kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar oleh darah Kristus sehingga tubuh kita adalah milik Kristus. Apakah kehendak Kristus bagi tubuh kita?
Memuliakan Allah.
Hidup kudus dengan menjauhi percabulan yang mencemarkan tubuh (ay. 18).
Menjaga pikiran, tindakan, dan perasaan agar selaras dengan firman-Nya.
Jangan mendukakan Roh Kudus yang diam dalam diri kita.
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Nasihat terhadap percabulan”.
Suatu bagian firman Tuhan tentang kekudusan yang mendasarkan hidup kepada suatu prinsip penting bahwa kita adalah bait Allah Tuhan.
Pengajaran Firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:
PENGAJARAN PERTAMA.
Hidup adalah untuk Tuhan.
Kita diberikan banyak potensi, banyak kelebihan dan banyak kemampuan oleh Tuhan untuk melakukan hidup di dunia ini. Namun seringkali kita menjadi lupa, untuk siapakah sebenarnya kehidupan kita ini?
Seringkali kita menjadi sangat egois bahwa hidup kita adalah untuk kita sendiri, untuk kepentingan kita, untuk keluarga kita, untuk teman kita, untuk gereja kita, untuk segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan kita, dan kita melupakan sumber kehidupan itu sendiri, yaitu Tuhan.
Firman Tuhan pada ayat 12-14 menegaskan bahwa hidup tidak hanya berkaitan dengan halal atau tidak halal (ay. 12), hidup juga tidak hanya terkait dengan berguna atau tidak berguna (ay. 12b). Tetapi apakah kita juga berpikir bahwa hidup sesungguhnya diarahkan untuk sesuatu hal yang tidak fana dan akan musnah (ay. 13).
Terdapat dua prinsip penting yang dituntut firman Tuhan dalam hidup kita, orang-orang percaya, yaitu bahwa kehidupan kita tidak dapat diperhamba atau diperbudak apapun, baik itu hobby, baik itu pekerjaan, baik itu karier, baik itu atasan, baik itu keluarga atau apapun juga yang sering menyita waktu kita tanpa pernah mendekatkan diri kita bersama Tuhan dan dipergunakan untuk memuliakan Tuhan (ay. 12b). Oleh karenanya Rasul Paulus menyatakan bahwa : “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.
Rasul Paulus juga menyatakan bahwa ketika kita mengenal Allah dan menerima kuasa kebangkitan Kristus, maka prinsip di dalam hidup kita hanyalah diprioritaskan dan diarahkan untuk Kristus. Hidup adalah untuk Tuhan dan Tuhan adalah untuk Tubuh (ay. 13b. Dan satu prinsip luar biasa yang dinyatakan Paulus dalam kebangkitan Kristus adalah : “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya (ay. 14)”.
Oleh karenanya apabila kita adalah orang-orang percaya dan murid Kristus yang merasakan kebangkitan, dan menerima kuasa kebangkitan, maka kehidupan kita, seluruh tubuh kita, seluruh kehidupan kita hanyalah boleh dipakai untuk memuliakan nama Tuhan dan memuji namaNYA. Biarlah Tuhan pergunakan seluruh kehidupan dan tubuh kita hanya untuk menjadi alatNYA, menjadi perangkatNYA, dan menjadi saluran berkatNYA bagi semua orang, sehingga namaNYA dapat dipermuliakan di hadapan seluruh bangsa.
PENGAJARAN KEDUA.
Hidup yang mengikatkan diri kepada Kristus.
Salah satu konsekuensi ketika kita percaya kepada Kristus adalah kita menyerahkan hidup kita kepada Kristus. Penyerahan hidup kepada Kristus menjadi suatu indikator atau tanda apakah kita memang mengakui Kristus di dalam kehidupan kita ataukah tidak.
Dan apabila kita mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan di dalam kehidupan kita, maka kita pun akan mengikatkan diri kepada Kristus (ay. 15-16).
Kata “mengikatkan diri”, mengandung pengertian bahwa kita menjadikan diri kita “satu” dengan Kristus, dan kita memisahkan diri, meninggalkan dari perkara-perkara yang lain di dalam kehidupan kita. Tetapi apabila kita mengikatkan diri dengan dosa, dan perbuatan daging atau percabulan, maka kita pun akan menjadi “satu daging” dengan dosa, perbuatan daging dan percabulan (ay. 16b).
Dan seseorang yang mengikatkan diri dengan Kristus, maka di dalam dirinya akan berusaha untuk meninggalkan yang lain, dan mendekatkan diri terus kepada Kristus yang adalah Tuhan dan kepala di dalam kehidupan kita.
Itulah prinsip kehidupan baru sebagaimana dituliskan dalam 2 Korintus 5 :17 yang menyatakan : “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”.
Lebih lanjut Rasul Paulus menuliskan bahwa mengikatkan diri kepada Kristus berarti hidup kita hanyalah sepenuhnya untuk Tuhan, sebagaimana dituliskannya di dalam Galatia 2: 19-20 yang menyatakan bahwa : “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”.
Itulah arti hidup yang “mengikatkan diri” kepada Kristus.
Bagaimanakah dengan kehidupan kita, apakah kehidupan kita telah “mengikatkan diri” kepada Kristus dan memisahkan diri dari kehidupan duniawi kita?
PENGAJARAN KETIGA.
Tubuh kita dalah Bait Allah.
Menarik penggambaran tubuh kita di dalam Kristus.
Ketika seseorang menjadi orang percaya kepada Kristus, maka sesungguhnya Roh Kudus akan dimateraikan di dalam kehidupannya, dan dia menjadi satu dengan Allah (Efesus 1:13).
Ketika Kristus diam dan tinggal di dalam hati kita, di dalam kehidupan kita, maka secara otomatis tubuh dan hidup kita akan menjadi tempat kediaman Allah.
Dan ketika kita menjadi tempat kediaman Allah, maka tubuh dan hidup kita akan menjadi “gereja” menjadi “Bait Allah Tuhan”.
Dua konsekuensi rohani apabila kita menjadi bait Allah dinyatakan di dalam ayat 19-20.
Ketika kita menjadi bait Allah Tuhan, maka hidup kita bukan milik kita sendiri, sebagaimana dinyatakan di dalam ayat 19 yang menyatakan : “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”.
Kata “bukan milik kamu sendiri”, berarti bahwa hidup kita, tubuh kita adalah milik yang telah menebus dan menyelamatkan kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Oleh karenanya maka kita tidak boleh lagi menggunakan hidup dan tubuh kita untuk kepentingan dan kesenangan kita sendiri, tetapi hanyalah untuk kepentingan Kristus.
Selain itu ketika kita menjadi Bait Allah Tuhan, maka kita sudah seharusnya menggunakan tubuh dan kehidupan kita hanya untuk memuliakan Tuhan, sebagaimana dituliskan dalam ayat 20 yang menyatakan : “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.
Kata “telah lunas dibayar” menolong kita untuk memahami bahwa Tuhan Yesus ketika menyelamatkan dan menebus kita bukanlah tahap per tahap, atau cicilan, tetapi langsung lunas, langsung tuntas, secara total, dan tidak main-main.
Oleh karenanya maka ketika kita sudah dibayar lunas oleh Tuhan, maka sesungguhnya kita harus menggunakan hidup kita secara total, tidak main-main, dan sepenuhnya diserahkan kepada Allah untuk menjadi alat bagi kemuliaanNYA.
Prinsip menjadi “bait Allah” Tuhan inilah yang menjadi suatu prinsip penting dalam hidup kita, sehingga kita sudah seharusnya menjaga hidup kita dari dosa, menjaga hidup kita dari keinginan duniawi, menjaga kehidupan kita dari “kekotoran” dunia yang memang tidak dikehendaki Allah.
Dan prinsip “bait Allah” inilah yang menjadikan kita seharusnya selalu menjadi hidup kita agar selalu “bersih” dan kudus di hadapan Allah, dari perkara-perkara yang tidak berkenan di hadapanNYA.
Dan akhirnya kesemuanya itu harus diarahkan pada satu fokus kehidupan, yaitu untuk memuliakan Tuhan.
Memuliakan Tuhan, tidak sekedar terkait dengan perkara-perkara liturgis formal yang sering dilakukan di gereja, tetapi justru di dalam kehidupan nyatalah, maka prinsip menjadi bait Allah yang selalu memuliakan Tuhan justru perlu diperlihatkan.
Bait Allah yang selalu menyatakan pujian syukur dan doa, bait Allah yang selalu mengagungkan nama Tuhan, bait Allah yang selalu menjadi tempat keteduhan dan jawaban rohani dari Tuhan, bait Allah yang selalu terbebas dari kekotoran dosa dan keinginan dunia, dan bait Allah yang selalu menjadi teladan bagi dunia ini.
Kita sebagai bait Allah harus terwujud ketika kita bekerja, ketika kita bergaul, ketika kita bertegur sapa, ketika kita berbicara, ketika kita berada di dalam keluarga, bahkan ketika kita berada dalam kesesakan sekalipun.
Dunia ini membutuhkan “bait Allah” itu, dan kitalah yang seharusnya menjadi tempat bagi dunia ini untuk melihat dan memuliakan Tuhan.
Sudahkah hidup kita menjadi bait Allah yang menjadi tempat kemuliaan Allah?
Ataukah justru orang lain menjadi “jijik” kepada kehidupan kita, karena kotornya hidup kita?
-----------
Renungan Pribadi:
-----------
Bagaimanakah hidup kita sekarang ini?
Sudahkah hidup kita memang sebagai bait Allah yang menjadi alat kemuliaan Allah?
Tubuh kita milik Tuhan, muliakanlah Tuhan dengan tubuh kita.
Segala sesuatu yang kita miliki dan kita pakai saat ini berasal dari Tuhan.
Jadilah pengelola yang benar.
Dengan demikian, segala sesuatu yang kita gunakan saat ini, termasuk tubuh kita, memuliakan Tuhan dan mendatangkan sukacita bagi orang-orang yang merasakan dampak pikiran, perbuatan, dan ucapan kita.
Dunia ini membutuhkan “bait Allah” itu, dan kitalah yang seharusnya menjadi tempat bagi dunia ini untuk melihat dan memuliakan Tuhan.
Janganlah orang lain menjadi “jijik” kepada kehidupan kita, karena kotornya hidup kita.
Tetapi biarlah kita menjadi bait Allah yang selalu menyatakan pujian syukur dan doa, bait Allah yang selalu mengagungkan nama Tuhan, bait Allah yang selalu menjadi tempat keteduhan dan jawaban rohani dari Tuhan, bait Allah yang selalu terbebas dari kekotoran dosa dan keinginan dunia, dan bait Allah yang selalu menjadi teladan bagi dunia ini.
Muliakanlah Tuhan dengan tubuh dan hidup kita.
-----------
RTG/www.renunganharian.net
-----------
Selamat beraktifitas, dan berkarya.
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
----------
Kata mutiara hari ini :
PENGELOLA YANG BENAR MENGELOLA DENGAN BIJAK SEGALA SESUATU MILIK TUANNYA.
----------
Comments
Post a Comment