HARTA DI HATI

Selasa, 24 April 2018
-------------
Bacaan                  :   Matius 6:19-24
Nats Alkitab         :   “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
(Matius 6:21)
-------------
Ilustrasi dan renungan:
-------------
Ketika berjalan-jalan di desa, seorang murid berhenti hendak melepas sepatu karena melihat jalan yang becek. “Mengapa dilepas?” tanya gurunya. “Supaya sepatunya tidak kotor,” jawabnya. “Apa kegunaan sepatu?” tanya guru. “Melindungi kaki,” balas murid. “Dan yang kamu lakukan sekarang, melindungi kaki atau melindungi sepatu?” Begitulah, tidak jarang orang lebih mementingkan suatu benda daripada fungsi atau maknanya.

Setiap orang mempunyai “harta”. Tempat hati berada, tempat mengumpulkan segala pencapaian, untuk dijadikan andalan. Secara sederhana, ada dua jenis harta: harta duniawi yang bersifat sementara dan harta surgawi yang bernilai kekal. Tentu kita memerlukan harta yang sementara, tetapi itu bukan segalanya. Memautkan hati kepada harta duniawi merintangi kita mendapatkan harta yang kekal. Apalagi jika harta dunia telah membutakan mata sampai kita mengukur segala sesuatu dengan uang, mengganti waktu untuk keluarga dengan kemewahan, mengganti waktu untuk Tuhan dengan uang persembahan. Hati tidak lagi menjadi takhta bagi Tuhan, tetapi bagi uang, jabatan, ketenaran, kehormatan, dan kekuasaan.
Bagaimana dengan hidup kita, apakah kita juga mempunyai harta di dalam hati kita yang kita gunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita dan memuliakan Tuhan?

Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Hal mengumpulkan harta”
Suatu bagian pengajaran firman Tuhan yang menyatakan tentang kehendak Tuhan agar kita dapat mengumpulkan harta di dalam hati kita, dan bukan sekedar berorientasi kepada harta duniawi yang sifatnya fana dan akan rusak.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah :

PENGAJARAN PERTAMA.
Kumpulkan harta di sorga.

Firman Tuhan pada ayat 19-20 menyatakan bahwa kita jangan mengumpulkan harta di bumi, karena ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar dan mencurinya (ay 19). Tetapi kita diminta mengumpulkan harta di sorga, karena ngengat dan karat tidak akan merusaknya dan pencuri tidak akan membongkar dan mencurinya (ay. 20).
Ketika membaca bagian firman Tuhan ini, mungkin kita akan segera memberikan respon, apakah kemudian orang percaya tidak boleh mempunyai harta?
Tentulah ayat firman Tuhan tidak diartikan demikian. Kita boleh mempunyai harta, kita boleh saja mengumpulkan tabungan atau uang, dan kita boleh saja membeli perabotan-perabotan untuk kehidupan kita.
Tetapi pemahaman “memiliki” lebih berkaitan dengan orientasi, motivasi hidup.
Firman Tuhan lebih menegaskan bahwa kehidupan kita tidaklah diperkenan lebih berorientasi kepada harta, berorientasi kepada materi, dan berorientasi kepada kekayaan, karena ketika kita melakukan itu, maka sesungguhnya telah ada kesalahan di dalam hidup kita, bahwa kita pastilah akan menggantikan kedudukan Tuhan, keutamaan Tuhan, mengandalkan Tuhan, dengan hal-hal yang tidak berkenan di hadapanNYA. Kita akan mengilahkan harta, kekayaan dan kepemilikan kita dan menggantikan Tuhan.

Sesungguhnya apakah harta di dalam hidup kita yang dimaksudkan dalam ayat 20?
Firman Tuhan pada 2 Korintus 4:7 menyatakan bahwa “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat.” Kata ‘harta’ yang dipakai adalah sama. Harta yang disampaikan Rasul Paulus dalam bagian firman Tuhan ini menuju kepada satu perkara luar biasa, yaitu pribadi Tuhan, iman kepada Tuhan, kepercayaan dan harapan kepada Tuhan, dan keyakinan kepada Tuhan, itulah sesungguhnya harta yang paling sejati. Dan luarbiasanya, harta sorgawi itu, disimpan dalam “bejana tanah liat”, yaitu kita, orang-orang percaya, manusia yang lemah, dan dibuat dari “debu tanah” oleh Tuhan. Dengan demikian maka firman Tuhan di atas menggambarkan suatu kontradiksi kehidupan luar biasa, bahwa fisik kita adalah “bejana tanah liat”, yang mempunyai kesementaraan dan keterbatasan fisik tetapi di dalamnya tersimpan harta sorgawi yang tidak akan pernah hilang, musnah, dan rusak, yaitu pribadi Tuhan, iman kepada Tuhan, kepercayaan dan harapan kepada Tuhan, dan keyakinan kepada Tuhan yang menjamin kepada kehidupan kekal kita di sorga.
Oleh karenanya, apabila kita mengumpulkan harta untuk memanjakan “bejana tanah liat kita”, maka kerusakan dan kefanaan-lah yang akan kita peroleh. Tetapi apabila kita mengumpulkan harta sorgawi untuk memuji, memuliakan dan mengutamakan Tuhan Yesus, iman, kepercayaan, dan pengharapan kita kepada Tuhan, maka tentulah kita akan menuai kekekalan yang Tuhan janjikan di dalam hidup kita.

Satu ciri khas seseorang yang mengumpulkan harta di sorga untuk kemuliaan Allah dituliskan Rasul Paulus dalam Filipi 4:8 yang demikian : “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.
Apakah kita telah dapat menyatakan semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan, dan semua yang patut di puji untuk kemuliaan nama Tuhan?
Carilah harta di sorga untuk memuliakan namaNYA dan menyatakan kasih karuniaNYA dalam hidup kita.


PENGAJARAN KEDUA.
Jadikan hati dan mata kita memandang kepada Tuhan.

Firman Tuhan pada ayat 21-23 menyatakan sebagai berikut:
“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu”.

Bagian firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita untuk melihat dampak dari kepemilikan harta. Ada dua hal yang dicatat di dalam firman Tuhan, yaitu masalah kedekatan hati, dan kedua adalah terkait dengan terangnya tubuh.
Firman Tuhan pada ayat 21 menyatakan : “Dimana hartamu berada, disitulah juga hatimu berada”. Bagian firman Tuhan ini menyatakan secara tegas bagaimana harta, kekayaan, materi kita dapat menjadi sumber ketertarikan dan keterkaitan, kecintaan seseorang. Ketika seseorang hanya berorientasi hidup kepada harta, kekayaan dan materi dunia ini, maka kesemuanya itu akan mengikat dia, dan mencintakan dia, sehingga perlahan-lahan semua hal yang ada di dalam kehidupannya menjadi ditinggalkan. Mungkin pertama-tama saudara ditinggalkan, pergaulan dengan semua orang ditinggalkan, sifat-sifat murah hati dan empati kepada orang yang membutuhkan mulai ditinggalkan, dan akhirnya sumber berkat, sumber semua harta itu, yaitu Tuhan Yesus akan ditinggalkan.
Hendaklah hati kita tetap kita berikan kepada Tuhan, karena harta adalah pelengkap, “tambahan” dalam hidup kita yang secara sadar diberikan Tuhan ketika kita mau beriman dan mengutamakan Tuhan di dalam kehidupan kita, sebagaimana dituliskan dalam Matius 6:33 yang menyatakan : “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Akan tetapi, carilah dahulu Kerajaan dan kebenaran-Nya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.

Firman Tuhan di atas mengajarkan juga kepada kita hendaknya harta, kekayaan, dan materi tidak menjadikan kita gelap mata, yang akhirnya mengantarkan kita kepada kebinasaan dan kesesatan yang menghalalkan segala cara. Firman Tuhan pada 1 Timotius 6:9 menyatakan sebagai berikut : “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan”.
Bagian firman Tuhan di atas menolong kita untuk mengerti dampak dan akibat apabila kita berorientasi hidup kepada kekayaan dan materi, mengutamakan kepada hal-hal duniawi. Kesemuanya akan menimbulkan nafsu yang hampa dan mencelakakan, dan menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Tentulah kita tidak menghendaki kita menjadi “gelap mata” (ay. 23) yang mengakibatkan kita runtuh dan binasa. Tetapi biarlah harta, materi dan berbagai kelebihan duniawi yang Tuhan percayakan kepada kita, dapat menjadi sarana kita untuk memuji, memuliakan dan menyaksikan kasih dan karya Tuhan di dalam hidup kita.

PENGAJARAN KETIGA.
Harta, materi dan kehidupan kita untuk mengabdikan diri kepada Tuhan.

Menarik apa yang dituliskan dalam ayat 24 yang menyatakan : “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Kata “mamon” muncul dalam Alkitab hanya di Matius 6:24 dan Lukas 16:9, 11, 13, dan ini merupakan transliterasi dari kata Aram, “mamona”. Artinya yang biasa ialah kekayaan atau keuntungan. Tapi Kristus melihat di dalam kata ini keinginan yg tamak, yg menuntut seluruh hati manusia, dan dengan demikian mengasingkan orang itu dari Allah (Matius 6:19). Jika seseorang 'memiliki' sesuatu, sebenarnya sesuatu itu memiliki dia juga.
Oleh karenanya kita tidak dapat mengarahkan hidup kita berorientasi dan pengutamaan kepada Tuhan, sekaligus kepada “mamon” dunia ini. Ketika kita sudah diselamatkan dan menjadi milik Kristus, maka sesungguhnya kita harus menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk hidup kita adalah milik Kristus, dan kita harus berikan itu hanya untuk mengabdikan diri dan memuliakan Kristus (Galatia 2:19-20). Oleh karenanya, apabila kita dikaruniakan “mamon”, berupa harta duniawi, pangkat, jabatan, kekuasaan, kebisaan dan kemampuan maka sudah seharusnya kita meletakkannya di bawah kaki Yesus, dan biarlah itu menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kasih dan kemuliaanNYA.
Firman Tuhan pada Lukas 16:9-12 yang antara lain berbicara tentang 'mamon yg tidak jujur' menolong kita untuk mengerti bahwa Allah memperkenankan kita mempunyai dan dikaruniai “mamon”, berupa harta duniawi, pangkat, jabatan, kekuasaan, kemampuan, kebisaan, tetapi hal tersebut kiranya dapat diimplementasikan untuk mengasihi orang lain, mengasihi Tuhan dan menjadikan hidup kita sebagai saluran berkat di hadapan Tuhan, sehingga “mamon” tidak lagi menjadi jerat dalam hidup kita, tetapi justru berubah menjadi kekayaan yang sejati dalam kehidupan kekal kita mendatang.

-------------
Renungan Pribadi:
-------------
Bagaimanakah dengan hidup kita sekarang ini?
Apakah kita telah mengutamakan Allah dan menjadikan seluruh bagian hidup kita menjadi alat kemuliaan Allah dan saluran berkat bagi orang lain.
Sesuatu yang kita lihat dan kita pikirkan akan menggerakkan kita dalam bertindak dan mengambil keputusan. Yesus mengingatkan agar kita menggunakan mata hati dan pikiran untuk melihat dan berpikir dengan tepat. Sadar akan kasih Allah dan menempatkan kesenangan Allah sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi akan membebaskan kita dari tekanan untuk mengejar harta duniawi.
Harta duniawi yang tidak akan rusak oleh karat dan ngengat atau akan dicuri oleh pencuri.
Carilah harta di sorga untuk memuliakan namaNYA dan menyatakan kasih karuniaNYA dalam hidup kita.
Biarlah harta, materi dan berbagai kelebihan duniawi yang Tuhan percayakan kepada kita, dapat menjadi sarana kita untuk memuji, memuliakan dan menyaksikan kasih dan karya Tuhan di dalam hidup kita.
Oleh karenanya, apabila kita dikaruniakan “mamon”, berupa harta duniawi, pangkat, jabatan, kekuasaan, kebisaan dan kemampuan maka sudah seharusnya kita meletakkannya di bawah kaki Yesus, dan biarlah itu menjadi alat Tuhan untuk menyatakan kasih dan kemuliaanNYA.
-------------
EBL/www.renunganharian.net
-------------
Selamat beraktifitas, dan berkarya.
Tetap semangat di dalam Tuhan.  Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!".   Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
----------
Kata mutiara hari ini :
HARTA ADALAH TUHANKU, ATAU TUHAN ADALAH HARTAKU?
----------

Comments

Popular posts from this blog

BUAH KESETIAAN

PELAKU KEBENARAN

ADA MASA DEPAN