ZAFNAT-PAANEAH
Jumat, 10 November 2017
------------
Bacaan : Kejadian 41:37-57
Nats Alkitab : Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
(Kejadian 41:45)
------------
Ilustrasi dan renungan:
------------
Yusuf diberi nama Zafnat-Paaneah oleh Firaun, ketika ia dinobatkan sebagai pemimpin di Mesir.
Menurut para penafsir, sebutan itu berarti "penyelamat zaman" atau "penyelamat dunia".
Entah mengapa Firaun menjuluki Yusuf dengan nama itu.
Namun, jika menilik arti katanya, sebutan itu sangat "pas" dengan peran Yusuf di Mesir.
Allah memakai Yusuf untuk menyelamatkan Mesir dan seluruh bumi, yang pada masa itu dilanda bencana kelaparan hebat.
Penobatan yang dilakukan oleh Firaun merupakan penggenapan dari dua mimpi yang pernah Yusuf terima saat berusia 17 tahun.
Pesan dari dua mimpi itu selaras, bahwa suatu saat Yusuf akan berkuasa, bahkan keluarganya akan datang sujud kepadanya.
Berkas gandum yang dilihat oleh Yusuf dalam mimpinya menjadi pertanda bahwa kelak Yusuf akan dipakai Allah dalam hal yang berkaitan dengan kebutuhan makanan.
Ketika Yusuf dinobatkan menjadi "wakil Firaun" di Mesir, Yusuf pasti teringat akan dua mimpi yang pernah Allah berikan.
Nama yang diberikan oleh Firaun pun seperti menjadi peneguhan, bahwa Yusuf memang ditetapkan oleh Allah untuk menjadi penyelamat dunia pada zaman itu.
Melalui kisah Yusuf, kita diingatkan bahwa Allah tak pernah ingkar janji.
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada judul perikop : “Yusuf di Mesir sebagai penguasa”.
Suatu bagian kisah Yusuf, anak Israel, ketika Tuhan memberikan kepercayaan kepadanya melalui Firaun untuk menjadi penguasa di Mesir, setelah melalui berbagai macam penderitaan, fitnah, kesulitan, bahkan di lupakan orang.
Namun Tuhan tetap setia dengan janjiNYA. Janji yang disampaikan melalui mimpi Yusuf berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Pengajaran hari ini adalah sebagai berikut:
PENGAJARAN PERTAMA.
Dunia memerlukan orang percaya yang berkualitas.
Seringkali kita mempertanyakan peran orang percaya di dunia ini.
Minoritas, tidak berpengaruh, mungkin tidak diakui keberadaannya, atau bahkan mungkin disingkirkan. Apa perannya di dunia ini?
Bagian firman Tuhan di atas memberikan keyakinan dalam hidup kita bahwa sungguh luar biasa rencana Allah dalam hidup kita, orang-orang percaya.
Dunia memerlukan kehadiran orang-orang percaya.
Namun bukan sembarang orang percaya, melainkan orang percaya yang berkualitas Kristus.
Bagian firman Tuhan pada ayat 37-39 menyatakan bahwa:
“Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah? " Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau”.
Dunia memerlukan orang percaya yang berkualitas.
Berdasarkan firman Tuhan di atas, orang percaya yang berkualitas adalah seorang yang dipenuhi oleh Roh Allah sehingga mempunyai kemampuan memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada melalui akal budi dan hikmatnya.
Bagaimanakah kehadiran kita di lingkungan kita?
Apakah kita merupakan orang percaya yang dibutuhkan kehadirannya?
Ataukah justru kita menjadi orang percaya yang tidak disukai kehadiran kita karena kitalah pembuat masalah, bukan pencipta solusi?
Marilah belajar untuk menjadi orang percaya berkualitas Kristus, karena kepenuhan Roh Allah yang ada dalam hidup kita.
Kepenuhan Roh Allah harus diartikan secara umum, bahwa kehadiran kita mampu mencerminkan kehadiran pribadi Allah di dunia ini dengan sifat-sifat baiknya, seperti menegakkan kebenaran, menjaga kekudusan, jujur, sifat penghambaan dan rendah hati, ada sifat kerelaan hati dan kasih, dan selalu menempatkan diri sebagai garam dan terang dalam hidup kita.
Jadilah orang percaya yang perannya ditunggu dunia, karena kualitas hidup kita.
PENGAJARAN KEDUA.
Berikan merk istimewa dalam hidup kita.
Selain nama, setiap orang akan diberikan “merk” tersendiri dalam hidupnya berdasarkan tanda-tanda khusus dalam hidupnya, atau karakter yang ada dalam hidupnya.
Seperti Yusuf, oleh Firaun dia diberikan nama panggilan “Zafnat-Paaneah”, yang berarti : “penyelamat dunia”.
Suatu gelar, “merk” pribadi yang dicantumkan dan disandangkan pada diri Yusuf karena peran, karakter dan hidupnya yang dianggap luar biasa oleh Firaun, Penguasa Negeri Mesir.
Bagian firman Tuhan pada ayat 45-46 menyatakan :
“Lalu Firaun menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. Yusuf berumur tiga puluh tahun ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir itu. Maka pergilah Yusuf dari depan Firaun, lalu dikelilinginya seluruh tanah Mesir”.
Menjadi perenungan kita, “merk hidup”, “cap” apa yang sekarang sedang ditempelkan orang dalam hidup kita?
Apakah seperti Yusuf dengan “merk” penyelamat dunia?
Ataukah justru “merk-merk” lain yang membuat nama Tuhan direndahkan, karena kelakuan, karakter dan kebiasaan buruk kita yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Mungkin bagi sebagian orang, nama diri, dan karakter tidak membawa dampak yang berarti.
Tetapi bacaan firman Tuhan di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa “merk”, “cap”, dan kualitas karakter yang ditempelkan orang lain akan berpengaruh kepada kita.
Ada empat keuntungan yang diperoleh Yusuf dengan “merk” karakter yang disandangnya, yaitu:
Pertama, Yusuf memperoleh keluarga yang bahagia, istri dari imam di On.
Kedua, Yusuf memperoleh kuasa dan jabatan tinggi di Mesir.
Ketiga, Yusuf menikmati janji Allah setelah 13 tahun menderita sengsara dan mengalami penderitaan hidup.
Keempat, Yusuf memperoleh kehormatan dari seluruh rakyat Mesir.
Luar biasa pengaruh sebuah “merk” kehidupan bagi kita.
Untuk itulah berikanlah pengaruh positif, tunjukkanlah kualitas hidup yang baik, sehingga setiap orang akan memberikan “merk” hidup yang baik bagi kita, dan kehidupan kita akan diberkati oleh Tuhan seperti Yusuf.
Lakukan yang baik kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan bonus berkat berupa kebahagiaan keluarga, kuasa, lepas dari penderitaan, dan kehormatan seperti yang telah diterima Yusuf.
PENGAJARAN KETIGA.
Jalanilah hidup dengan selalu melihat kasih karunia Allah.
Menarik apa yang terjadi dalam hidup Yusuf.
Yusuf tidak pernah tahu akan menjadi apa. Yusuf tidak pernah tahu akan mengalami apa. Bahkan Yusuf pun tidak pernah tahu, Allah akan melakukan apa dalam hidupnya.
Sekalipun mengalami peristiwa seburuk apapun dalam hidupnya, Yusuf selalu menempatkan Allah panduan dan penolong dalam hidupnya. Yusuf berani menolak tawaran zinah istri Potifar karena Allah. Yusuf tidak pernah mengeluh menjalani hidup dan terus menjalani karena Allah. Yusuf tidak pernah kendor untuk hidup baik dan meyakini pertolongan Tuhan karena Allah. Dan pada akhirnya Yusuf diberikan segala berkat karunia karena Allah.
Bagian firman Tuhan pada ayat 50-52 menyatakan bahwa:
“Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku”.
Kelahiran kedua anak Yusuf menjadi “monumen” ucapan syukur Yusuf kepada Tuhan karena semua kasih karunia Allah yang telah dilakukan dalam hidupnya.
Nama anak sulung Yusuf, Manasye yang memberikan arti "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku", memberikan pemahaman kepada kita bahwa Yusuf benar-benar merasakan suatu penderitaan yang sangat berat dalam hidupnya. Namun dia tidak pernah mengeluh, tidak pernah menyerah, dan tidak pernah mengendorkan semangatnya untuk dekat dan menyerah kepada Tuhan. Karena dia yakin bahwa Allah yang sanggup menolongnya, membawa beban hidupnya, dan membuatnya “lupa” karena fokus hidupnya kepada Tuhan.
Nama anak keduanya, Efraim yang berarti "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku”, menolong kita untuk mengerti bahwa Yusuf mempunyai pola pikir positif kepada Allah. Kesengsaraan tidak membuatnya tidak bisa menikmati kebahagiaan dan kasih Allah. Justru dalam kesengsaraan, Tuhan mampu memberikan kebahagiaan, antara lain melalui kehadiran seorang anak. Pikiran positifnya membuat Yusuf tidak pernah berubah iman, tidak pernah mengeluh, protes dan meninggalkan Allah, dan tetap menanti pertolongan Tuhan tepat pada waktunya.
Bagaimanakah dengan hidup kita?
Apakah kita juga terus menjalani hidup dengan terus melihat kasih karunia dan pertolongan Allah, dan tidak fokus pada permasalahan, himpitan, penderitaan dan kesulitan hidup kita semata-mata?
Milikilah kebahagiaan dan pertolongan Tuhan karena pola pikir positif kita kepada Tuhan.
------------
Renungan Pribadi:
------------
Bagaimanakah hidup kita sekarang ini?
Apakah hidup kita telah memberi arti bagi dunia ini, diri kita sendiri, keluarga kita, tempat kerja kita, dan lingkungan hidup kita?
Apakah kita juga telah diberikan “merk” hidup yang baik dan diperlukan kehadirannya di lingkungan kita, karena kualitas hidup rohani kita di hadapan Allah?
Jalanilah hidup dengan memandang kepada kasih karunia dan pertolongan Tuhan semata-mata, karena itulah yang membuat hidup lebih mudah, lebih indah, dan lebih bermakna di hadapan Tuhan.
Hidup dengan pikiran yang positif membuat kita tidak pernah berubah iman, tidak pernah mengeluh, protes dan meninggalkan Allah, dan tetap menanti pertolongan Tuhan tepat pada waktunya.
Tuhan juga sanggup memakai banyak cara, juga memakai siapa pun yang dikehendaki-Nya, supaya janji-Nya tergenapi dalam kehidupan umat-Nya.
Sebagaimana Allah menggenapi janji-Nya dan memakai Yusuf untuk menjadi berkat bagi banyak orang, pada waktu yang tepat.
Allah juga akan menggenapi janji-Nya dan memakai kita menjadi berkat.
------------
GHJ/www.renunganharian.net
------------
Selamat beraktifitas.
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
----------
Kata mutiara hari ini:
TIDAK PERNAH ADA YANG KEBETULAN DALAM HIDUP KITA. SEMUANYA TELAH DIRANCANG OLEH-NYA.
----------
Comments
Post a Comment