RENDAH HATI DAN PERCAYA DIRI

Senin, 30 Oktober 2017
----------
Bacaan              :   Kejadian 37:1-10; 41
Nas                    :   Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun."
(Kejadian 41:16)
----------
Ilustrasi dan renungan:
----------

Hari ini kita belajar bagian firman Tuhan yang merujuk kepada judul perikop : “Yusuf dan saudara-saudaranya”, “Mimpi Firaun”, dan “Yusuf di Mesir sebagai penguasa”.
Suatu kisah seorang abdi Allah, anak Israel, Yusuf yang sangat diberikati Allah karena kehidupan penghambaan, dan kerendahan hati yang luar biasa di hadapan Allah, setelah melalui berbagai rangkaian kesulitan hidup yang luar biasa.

Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:

PENGAJARAN PERTAMA.
Berani menyampaikan kebenaran


Bagian pertama perikop yang menjadi bacaan hari ini, memberikan suatu pemahaman mendasar, bagaimana Yusuf diberikan kepercayaan yang luar biasa tidak hanya oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia.
Yusuf adalah pribadi yang berani menyampaikan kebenaran.
Banyak orang yang mengetahui tentang kebenaran, tetapi kebanyakan orang hanya diam, ketika terjadi ketidak benaran.
Bahkan tidak sedikit pula yang akhirnya terseret arus untuk melakukan ketidakbenaran, karena rupanya dunia ini menerimanya sebagai kewajaran.
Ada dua kebenaran yang disampaikan Yusuf dalam perikop di atas, yaitu menyampaikan kebenaran atas kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya, dan menyampaikan kebenaran atas suatu nubuatan yang akan dilakukan Allah bagi Israel sebagai suatu bangsa di tanah Mesir melalui Yusuf.

Yusuf berani menyampaikan kebenaran tentang kejahatan saudara-saudaranya, dinyatakan pada ayat 2 sebagai berikut :
“Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun--jadi masih muda--biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya”

Berdasarkan firman Tuhan di atas, maka kita melihat bahwa Yusuf adalah anak terkecil (pada saat ini) dibandingkan saudara-saudaranya dan dia pun merupakan anak minoritas dari anak-anak para istri Yakub yang jumlahnya 10 orang. Suatu kondisi yang sangat tidak memungkinkan menyatakan tentang kejahatan mereka, karena pastilah akan dimusuhi dan mungkin akan disingkirkan.
Tetapi Yusuf tetap mempunyai keberanian untuk menyatakan suatu kebenaran kepada ayahnya dengan segala resikonya.
Kisah Yusuf mengungkapkan bagaimana keturunan Yakub menjadi suatu bangsa yang tinggal di Mesir. Bagian kitab Kejadian ini bukan saja mempersiapkan kita untuk kisah keluaran; kisah ini juga menyoroti kesetiaan Yusuf terhadap Allahnya dan banyak cara yang dipakai Allah untuk melindungi dan mengarahkan hidupnya demi kebaikan orang lain. Kisah Yusuf menekankan kebenaran bahwa sekalipun yang benar mungkin menderita di dalam dunia yang jahat dan tidak adil, pada akhirnya maksud Allah bagi orang benar akan menang.

Keberanian Yusuf mengungkapkan tentang  kebenaran atas suatu nubuatan yang akan dilakukan Allah bagi Israel di negara Mesir, diungkapkan Tuhan pada diri Yusuf melalui karunia mimpi. Mimpi ini menjadi suatu penghubung luar biasa yang mampu membangun suatu komunikasi berupa jawaban, nubuatan, atau suatu penglihatan tentang kehendak Tuhan bagi seseorang manusia.
Bagian ayat 5 menyatakan bahwa : “Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya”.
Ya, Tuhan kadang-kadang menyatakan kehendak-Nya kepada kita melalui mimpi yang bersifat nubuat (bd. Kej 28:10-17; Bil 12:6-8; Dan 7:1-24; Mat 1:20-24). Dewasa ini, di bawah perjanjian yang baru, Allah mungkin masih berbicara kepada kita melalui mimpi (bd. Kis 2:17), walaupun penyataan dan bimbingan-Nya yang terutama datang melalui Alkitab (Yoh 15:7; 1Tim 4:6; Yak 1:21) dan Roh Kudus yang diam di dalam diri kita (Rom 8:1-17; Gal 5:16-25).
Sekalipun Yusuf menunjukkan ketidakpekaan dan ketidakdewasaan ketika menceritakan mimpi ini kepada kakak-kakaknya, namun secara pribadi, Yusuf mempunyai keberanian untuk menceritakan kehendak Allah dalam hidupnya.

Menjadi perenungan kita adalah, apakah kita juga mempunyai keberanian seperti Yusuf dalam hidup kita?
Sekalipun dalam keadaan sebagai “terkecil”, “minoritas”, dan beresiko ketika harus berbicara tentang kebenaran, tetapi kebenaran sebagai hamba Tuhan untuk berani berbicara tentang kebenaran serta mengimplementasikan kebenaran menjadi suatu gaya hidup menjadi tuntutan dalam hidup kita.
Allah mungkin memilih Yusuf untuk tugas melindungi keluarga Yakub di Mesir karena standar-standar moral dan pengabdiannya kepada Allah dan hukum-hukum-Nya jelas lebih tinggi dari saudara-saudaranya (lihat 2 Timotius 2:20-21).

PENGAJARAN KEDUA.
Semuanya karena Tuhan.

Suatu prestasi, suatu pujian, suatu kehebatan, suatu keluarbiasaan yang dititipkan Tuhan dalam hidup seseorang, seringkali menjadi bumerang yang meruntuhkan kerendahan hati kita.
Prestasi, suatu pujian, suatu kehebatan, suatu keluarbiasaan yang dititipkan Tuhan dalam hidup kita sering kali membuat kita “mencuri” kemuliaan dan kuasa Tuhan yang telah DIA lakukan dalam hidup kita. 
Prestasi, suatu pujian, suatu kehebatan, suatu keluarbiasaan yang dititipkan Tuhan dalam hidup kita, seringkali membuat kita lupa siapakah diri kita di hadapan Tuhan.
Teladan hidup kita sungguh luar biasa.
Ketika dia diberikan pujian luar biasa karena suatu prestasi, kehebatan yang dia lakukan di hadapan Firaun, Penguasa Mesir, justru menjadikannya tunduk, dan memberikan pengakuan kehebatan Tuhan. Dia justru menjadi rendah hati, dan menghambakan diri  di hadapan Tuhan karena itu, sebagaimana dituliskan dalam ayat 15-16 yang demikian bunyinya :
“Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya. " Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun."
Penyebutan kata “Allah yang akan memberitakan kesejahteraan”, menunjukkan keberanian dan kerendahan hati Yusuf.
Keberanian, karena Firaun bukanlah orang yang mengenal Allah, tetapi kerendahan hati karena Yusuf tidak menonjolkan dirinya, tetapi tetap menyatakan segala sesuatu dalam hidupnya adalah karya dan kuasa Tuhan semata-mata.

Dan kebenaran firman Tuhan yang menyatakan bahwa orang yang rendah hati akan ditinggikan Tuhan, ternyata dibuktikan Tuhan melalui teladan hidup Yusuf.
Yusuf yang telah sangat direndahkan dan dididik secara luar biasa oleh Tuhan dengan dibenci saudara-saudaranya, dijual dan menjadi budak di Mesir, difitnah di rumah Potifar yang membawanya ke penjara, ditinggalkan Juru minuman Raja sekalipun telah menolongnya di penjara, dan merasakan sebagai narapidana tanpa kesalahan selama bertahun-bertahun ternyata adalah pribadi yang mempunyai standar kualitas rohani yang baik di hadapan Tuhan. Dia tetap menjaga kekudusan hidup.
Dia tetap mempertahankan kebenaran hidup.
Dia tetap berkinerja baik sebagai bagian pelayanan hidup.
Dan dia pun mampu menerima kehidupan buruknya sebagai aliran kebaikan Tuhan yang membawanya kepada kebaikan.
Penjara bukan tempat terakhir hidupnya, karena dia tidak bersalah.
Penjara menjadi tempat “transit” luar biasa, untuk membawanya semakin dekat ke istana Fir’aun dan menempatkannya sebagai kuasa Mesir.
Justru dari dalam penjara orang lain melihatnya sebagai “permata” tua yang sangat diperlukan, sehingga Firaun mengangkatnya menjadi kuasa Mesir, sebagaimana dituliskan dalam ayat 37-43 sebagai berikut:
“Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah? " Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. " Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada lehernya. Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: "Hormat! " Demikianlah Yusuf dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir”.
----------
Renungan pribadi:
----------
Apakah pada saat ini kita merasakan sedang mengalami perjalanan hidup yang tidak menyenangkan, dan penuh lekuk duri yang menyakitkan?
Teladanilah Yusuf!
Justru dalam kesulitan, tidak dihargai orang, difitnah orang, diperlakukan tidak adil oleh orang lain, Yusuf  menunjukkan kualitas sebagai pribadi yang luar biasa di hadapan Tuhan. Pribadi dengan kebenaran, pribadi dengan ketulusan, pribadi dengan kerendahan hati, pribadi dengan penghambaan, pribadi dengan ketaatan, dan pribadi dengan keberanian menyatakan kehendak Tuhan.
Ada skenario Tuhan yang sedang dilakukan Tuhan untuk mendidik kita menjadi pribadi matang dan berkualitas di hadapan Tuhan. Dan ada waktunya Tuhan sanggup menggerakkan “firaun-firaun” dunia ini untuk membawa kita kepada istana yang mengkaruniakan kuasa mengatur dan mengelola perkara-perkara yang lebih besar dalam hidup kita.
Dan berpikirlah positif bahwa  dalam kesulitan, tidak dihargai orang, difitnah orang, diperlakukan tidak adil oleh orang lain, bukanlah “penjara” yang membelenggu kita, tetapi merupakan tempat transit bagi kita untuk belajar dan dipersiapkan bagi kehidupan yang luar biasa dari Tuhan.
Inilah sikap yang layaknya kita bawa ketika menelusuri badai hidup. "Bukan aku, melainkan Tuhan."
Dengan begitu, seperti Yusuf, kita pun dapat menjalani hidup dengan kekuatan yang baru untuk meraih masa depan dan hidup yang lebih baik dihadapan Tuhan.
----------
EES/www.renunganharian.net
----------
Selamat beraktifitas.
Tetap semangat di dalam Tuhan.
Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!"
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
----------
Kata mutiara hari ini:
BUKAN KARENA KEBAIKAN DAN KEMAMPUANKU.
JIKA AKU BISA, ITU KARENA ANUGERAH ALLAH YANG BEKERJA DI DALAM AKU.
----------

Comments

Popular posts from this blog

BUAH KESETIAAN

PELAKU KEBENARAN

ADA MASA DEPAN