MEMANDANG SEBELAH MATA
Senin, 30 September 2019
------
Bacaan Firman Tuhan : Kejadian 25:27-34
Nas Alkitab : Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu. (Kejadian 25:34b)
------
RENUNGAN :
------
Ada petuah berujar, “Belajarlah untuk menghargai kepunyaanmu sebab selalu ada seseorang di luar sana yang sangat berharap dapat memilikinya seperti dirimu. Jangan sampai kelak engkau dipaksa untuk menghargainya tatkala itu sudah bukan milikmu lagi.” Nasihat ini sungguh mencerminkan apa yang dialami oleh tokoh Alkitab bernama Esau. Kenapa begitu?
Sebagai putra sulung, ia memiliki hak kesulungan yang memberinya keistimewaan berupa berkat anak sulung yang kelak pasti diwariskan oleh sang ayah kepadanya (Kej. 27:1-4). Tetapi, sayangnya, Esau bersikap tak mengacuhkan haknya itu. Sementara Yakub, adik kembarnya, sangat mendambakannya. Sampai dicobanya cara yang menggelikan untuk “merebut” hak itu. Ditukar dengan semangkuk sup kacang merah (ay. 31-34). Konyolnya, Esau setuju dan mengukuhkan “transaksi” itu dengan sumpah! Kelak ketika berkat sulung itu benar-benar direbut darinya dan diberikan kepada Yakub, barulah Esau menangis keras karenanya (Kej. 27:34).
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan tentang hubungan kedua saudara, yaitu Esau dan Yakub, serta bagaimana mereka memandang hak kesulungan sebagai sesuatu hal yang penting dalam hidup mereka.
Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:
Pengajaran PERTAMA.
Setiap orang diberikan potensi.
Firman Tuhan menyatakan bahwa : “Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub” (ay. 27-28).
Firman Tuhan di atas memberikan kepada kita suatu gambaran bahwa setiap orang diberikan sesuatu potensi oleh Tuhan. Potensi Esau adalah seorang yang ‘pandai’ berburu, oleh karenanya karakter dan wataknya sesuai dengan potensinya, dia suka tinggal di padang. Tetapi Yakub diberikan potensi suka merawat rumah, oleh karenanya dia seorang yang tenang, dan suka tinggal di rumah. Tuhan tidak sembarangan, dan bukan pula pilih kasih dengan potensi-potensi yang diberikannya. Tetapi DIA sangat cermat, tepat, dan sesuai meletakkan potensi-potensi hidup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan manusia. Potensi hidup tidak membuat manusia yang satu lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi justru potensi-potensi itu akan membuat manusia merasa memerlukan manusia lain. Dan terlebih dari itu kita pun harus menyadari bahwa kesemua potensi itu adalah ‘titipan Tuhan’ agar dimanfaatkan, dikembangkan, dan diberdayakan untuk menambah kualitas kehidupan kita, dan memuliakan nama Tuhan.
Tidak ada manusia yang lahir kosong tanpa potensi. Itulah kemurahan dan kasih Tuhan, agar kita dapat melihat Allah yang begitu luar biasa dalam hidup kita. Dan jangan pernah merasa rendah diri dan merasa tidak mampu melakukan apapun, karena DIA menciptakan kita tidak kosong, tetapi dengan potensi luar biasa, agar kita dapat menghadapi apapun di dunia ini, dan menggambarkan DIA sang pencipta kita.
Pengajaran KEDUA.
Jangan pandang rendah anugerah Tuhan.
Firman Tuhan menyatakan bahwa : “Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu” (ay. 29-34).
Firman Tuhan di atas memberikan pengajaran kepada kita bahwa ada kalanya Tuhan berkenan memberikan potensi istimewa kepada seseorang. Ada seseorang yang diberikan tempat sebagai si sulung karena Tuhan menginginkan dia dapat memimpin dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Ada pula seseorang yang diberikan hak lebih karena kedudukan yang ada dalam hidupnya. Ada pula karunia-karunia lain yang Tuhan berikan agar nama Tuhan dapat dinyatakan dan dimuliakan melalui hidupnya.
Esau seseorang yang diberikan ‘hak kesulungan’ karena kelahirannya. Dan dari padanya dia akan mempunyai kuasa untuk memimpin adik-adiknya, memimpin ibadah, memutuskan segala hal dalam keluarga. Tetapi bagaimana dengan pendapatnya? Esau menyatakan bahwa ‘apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?’, sebentar lagi aku akan mati. Esau sama sekali tidak memandang penting ‘hak kesulungan’ di dalam hidupnya. Bahkan dia ‘menjual’ hak kesulungan kepada Yakub adiknya, hanya dengan semangkok kacang merah.
Hak kesulungan apakah yang sekarang Tuhan titipkan dalam hidup kita?
Pelayanan, jabatan, keluarga, istri dan anak-anak, orang tua, karunia-karunia rohani, pekerjaan, atau apapun juga. Sesungguhnya Tuhan sedang menginginkan kita agar kita memandang penting semua itu sebagai bagian harta yang indah, yang Tuhan mau gunakan untuk menjadi saksi kemuliaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menginginkan kita bangga terhadap hal itu. Dan Tuhan menginginkan kita agar kita menjaganya, dan ‘tidak menjualnya’ hanya untuk kesenangan duniawi, keinginan duniawi, hal-hal remeh yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.
“Semangkuk kacang merah” adalah gambaran kebutuhan sesaat yang menyenangkan sesaat, tetapi setelah itu lenyap, dan tidak memberikan investasi jangka panjang bagi kehidupan kita.
Biarlah iman, pelayanan, jabatan, keluarga, istri dan anak-anak, orang tua, karunia-karunia rohani, pekerjaan, kekayaan, dan kewenangan-kewenangan dalam hidup kita merupakan berkat yang kita jaga, dan dipergunakan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan, dan tidak kita ‘gadai’ atau ‘jual’ untuk kepentingan sesaat yang justru menjerumuskan kita kepada kebinasaan, dan kejahatan.
Dunia menginginkan kejatuhan hidup kita, dan memasang jeratnya bagi kita. Tetapi iman dan kepercayaan yang kita taruh secara sungguh di hadapan Allah, akan menjagai, memateraikan, dan meneguhkannya di dalam hidup kita.
------
RENUNGAN PRIBADI :
------
Hidup ini ialah seni sekaligus disiplin untuk menghargai apa yang ada pada kita, yang diijinkan Tuhan menjadi kepunyaan kita. Sebab tak selamanya itu ada pada kita. Jika kita terlalu sibuk mengejar apa yang tidak ada pada kita, akibatnya kita mengabaikannya, tidak melihat potensinya, bahkan memandangnya dengan sebelah mata. Padahal banyak karunia Tuhan tersimpan di situ dan menanti untuk kita hargai, syukuri, dan berdayakan. Jangan sampai pengalaman Esau terulang pada kita.
------
PAD/www.renunganharian.net
------
Selamat beraktifitas.
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!". Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-------
Kata mutiara hari ini:
KETIKA KITA MENGEMBUSKAN SATU NAFAS KELUHAN, ADA ORANG LAIN YANG SEDANG BERJUANG MENARIK NAFAS TERAKHIRNYA—HARGAILAH APA YANG TUHAN BERI
Comments
Post a Comment