EGOISME YANG MERUGIKAN
Kamis, 25 Juli 2019
--------
Bacaan Firman Tuhan : Filipi 2:1-11
Nats Alkitab: Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4).
--------
RENUNGAN :
--------
Seorang pria paruh baya dengan tergopoh-gopoh menghampiri loket pembelian tiket pesawat terbang. Jam menunjukkan bahwa waktu boarding pass sudah lewat dan pesawat terbang akan segera lepas landas. Namun, pria itu mendesak agar diizinkan membeli tiket dan menyusul masuk ke dalam pesawat. Ia pun menjadi marah ketika petugas tidak memenuhi keinginannya. "Saya ada rapat penting 3 jam lagi. Kalau saya rugi karena terlambat rapat, apakah Anda mau mengganti kerugian saya?" Sang petugas pun menjawab, "Jika memang penting, mengapa Anda tidak berangkat lebih awal?"
Bagaimanakah dengan hidup kita? Apakah selama ini fokus kehidupan hanyalah keuntungan dan keadaan kita sendiri? Ataukah kita juga mau berpikir dan memandang dengan empati orang lain di sekitar kita?
Hari ini kita belajar firman Tuhan dengan perikop : “Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus”. Pengajaran Firman Tuhan yang mendorong kita untuk terus merendahkan hati dan mau berpikir secara lebih luas tentang sesama dan kepentingan dunia ini, tidak hanya secara egois berpikir bagi dirinya sendiri seperti Kristus yang mau berkorban untuk semua manusia.
Pengajaran Firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut:
Pengajaran PERTAMA.
Kesempurnaan hidup.
Kesempurnaan hidup seringkali hanya diukur dari hebatnya pencapaian kita, kebaikan kehidupan kita, atau luar biasanya prestasi kita. Tetapi rupanya firman Tuhan hari ini mempunyai konsep yang berbeda tentang kesempurnaan hidup. Firman Tuhan menyatakan : “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (ay. 2-4).
Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada bahwa sesungguhnya ketika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka sesungguhnya didalam hidup orang percaya telah diletakkan potensi kebaikan, yaitu nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan (ay. 1). Potensi tersebut harus diberdayakan, harus digerakkan dan diimplementasikan sehingga karakter dasar Kristus yang diletakkan dalam hidup kita menjadi nyata, dan nampak untuk menjadi teladan dan kesaksian kehadiran Kristus dalam hidup kita.
Namun rupanya Rasul Paulus menegaskan bahwa potensi karakter baik yang diletakkan Kristus dalam hidup kita harus disempurnakan dengan karakter-karakter lain yang kita bangun terhadap orang lain, yaitu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia, tetapi dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri sehingga setiap orang tidak hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Karakter-karakter di atas merupakan karakter untuk memperhatikan komunitas, orang lain, sesama dan orang-orang yang ada di sekitar kita, sehingga kita tidak secara ‘egocentris” hanya memandang pada “tembok” diri kita sendiri saja. Perlu kerendahan hati untuk dapat menggandeng, merangkul orang lain agar dapat sehati sepikir, tercapai satu kasih dan satu jiwa, untuk meraih satu tujuan kebenaran. Selain itu, seseorang juga perlu mengendalikan hidupnya agar tidak egois, tetapi mampu mengutamakan orang lain dan kepentingannya di atas kepentingannya sendiri.
Carilah kesempurnaan hidup dengan merendahkan hati untuk memperhatikan orang lain dan kepentingannya dan sehati sepikir, satu jiwa, satu kasih dan satu tujuan meraih kehidupan benar yang berkenan di hadapan Allah.
Pengajaran KEDUA.
Ketaatan yang mendasari kerendahan hati.
Karakter rendah hati merupakan karakter yang paling sulit di lakukan manusia di hadapan Allah karena adanya “dosa” dan “pemberontakan” yang menguasai manusia. Tetapi firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita bahwa kunci seseorang dapat merendahkan hati adalah karena “ketaatannya” kepada Kristus.
Seseorang dapat mempunyai karakter rendah hati apabila dia dapat “menyangkal dirinya”. Firman Tuhan menyatakan : “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (ay. 6-7).
Seringkali kita lebih suka menonjolkan dan mengagungkan kelebihan-kelebihan kita berupa kekayaan, kepandaian, kekuasaan, kewenangan, jabatan, pangkat, dan berbagai macam kelebihan lain, tanpa pernah menyadari bahwa kesemuanya itu hanyalah “pakaian hidup” bersifat fana yang akan berakhir. Tetapi Kristus mengajarkan teladan luar biasa bagi kita, bahwa sekalipun DIA adalah ALLAH yang empunya segala hal dengan kekuasaan yang tidak terbatas, tetapi Kristus mau “mengosongkan dirinya” dan mengambil rupa seorang HAMBA. Hamba yang menyediakan seluruh hidupnya untuk orang berdosa, orang sakit, orang menderita, orang kesusahan, setiap orang yang sedang patah hati dan kecewa, bahkan orang-orang yang tidak berharga di dunia ini. Kesemua berkat, kelebihan, keistimewaan, fasilitas, kewenangan dan kekuasaan adalah asesoris hidup yang sewaktu-waktu dapat copot sesuai kehendakNYA. Oleh karena itu, hambakanlah keseluruhan berkat dan kebaikan Tuhan agar menjadi kesaksian, pewartaan, dan kemuliaan nama Tuhan.
Selain ‘penyangkalan diri’, maka ketaatan menjadi hal yang penting pula dalam hidup orang percaya. Kata ‘taat’ berarti “menyerahkan keseluruhan hidup’ kepada otoritas dan kewenangan Allah. Oleh karenanya, Kristus rela dan mau menderita, bahkan sampai mati di kayu salib, karena ketaatanNYA. Ingatlah perkataan firman Tuhan menjelang penyalibanNYA : “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22: 42).
Ketaatan adalah ‘pengutamaan kehendak dan otoritas Allah’ serta menomor duakan kehendak kita di bawah kuasa Allah. Ketaatan juga memerlukan pengorbanan, penyerahan diri, dan kerelaan untuk membayar harga serta resiko kehidupan iman. Namun ‘penyangkalan diri’ dan ‘ketaatan’ itulah yang membawa hidup kita dapat berkenan dan sesuai dengan kehendak Allah, yang membawa hidup kita kepada kebaikan dan berkelimpahan berkat.
Belajarlah ‘menyangkal diri’ dan ‘taat’ dihadapan Allah, agar kita boleh berkenan di hadapanNYA.
Pengajaran KETIGA.
Lakukanlah segala sesuatu hanya untuk kemuliaan nama Tuhan.
Firman Tuhan menyatakan bahwa : “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (ay. 9-11).
Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita tentang arah kehidupan orang-orang percaya. Ketaatan, kerendahan hati serta penghambaan kita kepada Allah yang benar di dalam Kristus Yesus, sudah seharusnya mengantar kita kepada arti kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kemuliaan nama Tuhan.
Apapun yang kita raih, apapun yang kita capai, apapun yang kita miliki, bahkan apapun yang sedang dipercayakan Tuhan dalam hidup kita sesungguhnya merupakan media penghambaan kita kepada Allah. Kesemuanya itu bukan untuk memegahkan diri, menyombongkan diri, atau bahkan meninggikan diri kita dihadapan Allah. Justru sebaliknya segala hal yang terjadi merupakan persembahan hidup yang seharusnya kita berikan kepada Allah, sebagaimana firman Tuhan yang menyatakan : “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1).
Persembahkan dan serahkan seluruh hidup kita kepada Allah di dalam Kristus Yesus, karena hanya DIA-lah arah dan tujuan kehidupan kita yang sesungguhnya.
--------
RENUNGAN PRIBADI :
--------
Akibat berfokus pada kepentingan pribadi, pria itu sedang mengabaikan kepentingan orang lain. Ia tentu tak peduli apakah di dalam pesawat terbang itu juga ada orang-orang yang sedang mengejar waktu untuk urusan yang sangat penting. Ciri orang egois adalah ia sama sekali tidak peduli apakah tindakannya akan merugikan orang lain, selama dirinya diuntungkan! Bayangkan betapa ngerinya keadaan dunia ini jika setiap orang hanya memedulikan kepentingan pribadinya dan mengabaikan kepentingan orang lain. Kondisi yang harus diwaspadai di tengah kecenderungan manusia yang semakin egois, seperti tertulis dalam 2 Timotius 3:2.
Kristus telah meneladankan bagaimana Ia rela mengorbankan kepentingan pribadi-Nya, demi menyelamatkan manusia. Ia pun menghendaki agar kita dapat meneladani Dia. Ia menghendaki agar kita dapat mengerti saat yang tepat untuk mendahulukan kepentingan orang lain, sekalipun harus mengorbankan kepentingan pribadi. Bersediakah kita melakukannya?
--------
GHJ/www.renunganharian.net
--------
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: “Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
-------
Kata mutiara hari ini :
SIKAP MENDAHULUKAN KEPENTINGAN ORANG LAIN AKAN MEMBUAT KEHIDUPAN INI LEBIH MENYENANGKAN.
Comments
Post a Comment