TAKUT KEPADA ALLAH
Rabu, 17 April 2019
---------
Bacaan Firman Tuhan : Nehemia 5:14-19
Nats Alkitab : Tetapi para bupati yang sebelumnya, yang mendahului aku, sangat memberatkan beban rakyat. Bupati-bupati itu mengambil dari mereka empat puluh syikal perak sehari untuk bahan makanan dan anggur. Bahkan anak buah mereka merajalela atas rakyat. Tetapi aku tidak berbuat demikian karena takut akan Allah. (Nehemia 5:15)
---------
RENUNGAN :
---------
Terpilih menjadi seorang pemimpin tidak selalu menjadikan seseorang berani memimpin dalam kebenaran. Alasannya, bisa jadi takut terhadap pejabat yang lebih tinggi, takut merugi atau takut kehilangan jabatan. Terhadap aturan yang sudah telanjur menjadi budaya misalnya, orang lebih memilih untuk mengatakan: “Wah, sudah sejak lama tradisinya seperti itu, rasanya sulit untuk mengubahnya. Saya hanya melanjutkan saja!” Terlebih jika aturan itu memberi keuntungan secara pribadi.
Tidak demikian yang dilakukan Nehemia saat menjabat sebagai bupati di tanah Yehuda. Nehemia tidak memperlakukan rakyat seperti yang dilakukan oleh para bupati sebelumnya. Bupati-bupati sebelum Nehemia memaksa setiap orang membayar 40 syikal perak per hari. Pejabat di bawah bupati itu juga berkuasa atas rakyat sehingga mempersulit hidup mereka. Namun Nehemia tidak memakai kekuasaannya untuk mengambil keuntungan dari rakyat. Meski harus menjamu setidaknya 150 orang setiap harinya, Nehemia rela merugi. Semua itu dilakukannya karena ia menghormati Allah.
Bagaimanakah dengan hidup kita?
Apakah kita menggunakan berbagai berkat Allah berupa jabatan, kekayaan, kewenangan, kemampuan dan kelebihan-kelebihan kita untuk menghormati, melayani dan memuliakan Allah?
Ataukah kita masih berpikir untuk mencari keuntungan pribadi bahkan memperkaya diri, tanpa pernah berpikir bahwa segala sesuatu adalah milik Allah sehingga kita harus mengembalikan kepadaNYA?
Hari ini kita belajar satu bagian firman Tuhan yang merujuk kepada satu judul perikop : “Sikap Nehemia yang tidak mencari keuntungan”.
Suatu sikap berbeda yang dimiliki oleh Nehemia saat Tuhan mengaruniakan jabatan kepada Nehemia di tanah Yehuda. Dia tidak membebani rakyat dengan berbagai macam kewajiban dan beban, tetapi justru dia menolong rakyat untuk lebih mengenal Tuhan, lebih sejahtera dan lebih mencitai Tuhannya.
Pengajaran firman Tuhan hari ini adalah sebagai berikut :
Pengajaran PERTAMA.
Prinsip hidup takut akan Allah.
Di dunia ini, jabatan seringkali disamakan dengan peluang untuk memperoleh fasilitas dan kenikmatan duniawi. Dan tidak sedikit para pejabat yang melakukan hal tersebut. Tetapi Nehemia tidaklah demikian. Dalam waktu 12 tahun jabatannya, dia sama sekali tidak meniru, dan meneruskan kebiasaan bupati-bupati sebelumnya yang mengambil haknya sebagai bupati, tetapi masih memberatkan rakyat setiap harinya. Setiap hari mereka membebani rakyat dengan mengambil empat puluh syikal perak, namun anah buah mereka melakukan sesuatu yang lebih banyak dan lebih kejam dari perintah atasannya (ay. 14-15). Tetapi Nehemia mempunyai kesaksian luar biasa dengan menyatakan : “Tetapi aku tidak berbuat demikian, karena takut akan Allah”.
Prinsip takut akan Allah rupanya menjadi dasar terbaik bagi kita untuk melakukan tugas kewajiban kita. Kata “takut” (yare’) berarti mau menahan kehendak diri sendiri dan kemudian mengikuti kehendak Tuhan karena mengagumi, sikap menyembah, menyegani, serta patuh karena perbuatan dahyat yang telah dan dapat dilakukanNYA.
Dengan demikian ketika kita berbicara takut akan Tuhan, maka hal itu sesungguhnya merupakan ‘pengendalian internal” manusia untuk menundukkan dirinya kepada Allah bukan karena terpaksa, tetapi karena kasih, kekaguman, dan kepatuhannya setelah melihat perbuatan dahyat Allah dalam hidupnya, atau keyakinan bahwa Allah mampu melakukan perbuatan dahsyat dalam hidup kita yang bersifat kebaikan, maupun mematikan.
Nehemia jelas melihat perbuatan dahsyat yang bersifat kebaikan, karena dia merasakan dan mengalami bagaimana pertolongan Tuhan terjadi atasnya, menyertainya, bahkan menuntunnya untuk menjadi pengabdi Allah bagi negerinya Yehuda. Kesemuanya yang tidak mungkin, telah Tuhan buat menjadi mungkin sehingga hal itu menjadi kekaguman, rasa hormat, ketertundukan, dan kasihnya kepada Tuhan. Nehemia tidak mau mengkhianati kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Oleh karenanya dia mau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, dan dia benar-benar melakukan kebenaran sesuai firman Tuhan.
Marilah menaklukkan hidup kepada rasa hormat, kekaguman, kasih dan syukur kepada Tuhan dengan melihat berbagai berbuat ajaibNYA bagi hidup kita. Dan biarlah melalui kesadaran iman, kita mau menaklukkan diri kepada Tuhan dengan melakukan kebenaran, dan menjadikan diri kita sebagai saluran berkat, bukan “penodong” berkat.
Pengajaran KEDUA.
Hidup untuk melakukan kewajiban dan bukan menuntut hak.
Kehidupan memang dipenuhi oleh hak dan kewajiban. Kita dapat mengatur mana yang akan kita tonjolkan apakah hak, apakah kewajiban. Nehemia saat menjadi bupati di Yehuda juga mempunyai hak dalam kehdiupannya, yaitu hak untuk memperoleh ladang, hak untuk memperoleh pendapatan, dan hak untuk menuntut pembagian dari rakyat. Namun Nehemia mengatakan bahwa : “Namun, dengan semuanya itu, aku tidak menuntut pembagian yang menjadi hak bupati, karena pekerjaan itu sangat menekan rakyat” (ay. 18b). Nehemia tidak mengedepankan haknya.
Sekalipun Nehemia tidak mementingkan haknya, dia tetap melakukan yang terbaik bagi bangsa Yehuda, karena takut akan Tuhan. Dia membangun tembok, mengumpulkan orang-orang khusus dan menyediakan hidangan setiap orang yang datang kepadanya, yaitu seratus lima puluh orang orang-orang Yahudi dan para penguasa, setiap orang yang datang kepadanya, serta mereka yang datang dari bangsa-bangsa sekeliling (ay. 16-17). Bahkan dia memberikan 10% fasilitas yang disediakan untuknya, untuk menjadi hidangan bagi setiap orang yang datang kepadanya karena dia bersedia menanggung sehari dari sepuluh hari yang disediakan baginya berupa seekor lembu, enam ekor kambing domba yang terpilih dan beberapa ekor unggas, dan bermacam-macam anggur dengan berlimpah-limpah (ay. 18a).
Kehidupan yang mengedepankan kewajiban tidak pernah membuat kita menjadi miskin dan berkekurangan. Ketika kita mau berbagai hak kita kepada orang lain, maka sesungguhnya Tuhan mempunyai cara untuk membukakan kepada kita kran-kran berkat dari tingkap-tingkap langit, sehingga hidup kita berkelimpahan dan tidak berkekurangan. Sebab ketika kita bukan menjadi penuntut hak, maka sesungguhnya kita sedang mengandalkan iman kita kepada Tuhan, dan bukan lagi mengandalkan kemampuan dan upaya kita sendiri. Dan ingat bahwa setiap perkara yang kita lakukan kepada Tuhan karena hormat dan kekaguman kita kepada Tuhan, maka Tuhan adalah pribadi yang tidak pernah mau berhutang. Dia akan mengembalikan pekerjaan kita dengan berkat dan kebaikan berlipat-lipat kali ganda.
Jangan pernah takut untuk berbuat lebih kepada Tuhan, karena DIA tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya DIA akan membayar setiap pengeluaran kita dengan kasih, kebaikan, berkat, dan keluar biasaan hidup yang berkelimpahan.
Pengajaran KETIGA.
Tuhan yang menyejahterakan.
Perikop ini ditutup dengan doa Nehemia, yang menyatakan : “Ya Allahku, demi kesejahteraanku, ingatlah segala yang kubuat untuk bangsa ini” (ay. 19).
Setiap orang membutuhkan dan menginginkan “kesejahteraan”. Kesejahteraan (towb) berarti kehidupan lebih baik, lebih berharga, lebih bahagia, lebih berharga, lebih sukacita, lebih nikmat, lebih nyaman, lebih tinggi, lebih beruntung, lebih berkualitas, lebih disukai, dan lebih berkenan kepada Tuhan.
Ketika kita berbicara tentang kesejahteraan, dari pengertian di atas, ternyata kesejahteraan tidak hanya melulu berbicara tentang materi. Kesejahteraan juga berbicara tentang kualitas internal hidup yang lebih baik, kualitas dengan sesama yang lebih baik, serta hidup yang lebih diperkenan kepada Allah.
Dalam pandangan yang lebih luas tersebut, Nehemia menginginkan kesejahteraan dirinya, juga berlaku untuk bangsa Yehuda yang dipimpinnya.
Bagaimana dengan hidup kita? Apa yang saat ini kita kejar dalam hidup kita? “Kesejahteraan” duniawi yang bersifat semu dan tidak komplit ataukah kesejahteraan sejati yang berasal dari Allah?
Kesejahteraan sejati yang berasal dari Allah, telah diberikan dan diterimakan dalam hidup setiap orang yang percaya kepadaNYA, saat kita mengaku percaya kepada Allah yang benar di dalam Kristus Yesus. Dan kesejahteraan sejati itu, bukanlah milik kita sendiri, tetapi sudah seharusnya kita memintakan agar kesejahteraan sejati itu juga berlaku untuk setiap orang di dalam bangsa kita, di dalam lingkungan kita, di dalam pekerjaan kita, dan dalam seluruh keluarga kita.
Jangan pernah merasa rugi atau percuma ketika kita berbagi dan memohonkan kesejahteraan kepada orang lain, karena ingat bahwa kita telah menerimanya, dan terus dapat memohonkannya kepada Tuhan kita Yesus Kristus setiap kali kita membutuhkannya.
---------
RENUNGAN PRIBADI :
---------
Tidak hanya berlaku bagi para pemimpin seperti Nehemia, rasa takut kepada Allah juga harus hidup dalam diri orang percaya. Menaruh hormat kepada Allah memampukan orang percaya mendobrak tradisi dosa meski menurut dunia dipandang sebagai sebuah kerugian. Setia menyatakan kasih meski harus banyak berkorban. Rela melepaskan pengampunan meski berulang kali disakiti. Bahkan menganggap kematian sebagai keuntungan.
---------
EBL/www.renunganharian.net
---------
Tetap semangat di dalam Tuhan. Tetap teguh menjalankan firman Tuhan.
Dan teruslah berdoa untuk berkat dan perlindungan dalam hidup kita, sama seperti Yabes yang telah berdoa demikian, sebagaimana tertulis dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 4 ayat 10, yang demikian bunyinya: Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!".
Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.
Sukses dalam hidup kita di hari ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
----------
Kata mutiara hari ini :
ORANG PERCAYA MENINGGALKAN KEBIASAAN DOSA UNTUK SATU ALASAN: TAKUT AKAN ALLAH
Comments
Post a Comment